dua🌵

676 47 4
                                    

Setelah keluar dari lift apartemen, Reyhan segera melangkahkan kaki menuju kamar Vania yang tak jauh dari pintu lift

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah keluar dari lift apartemen, Reyhan segera melangkahkan kaki menuju kamar Vania yang tak jauh dari pintu lift.

Reyhan segera mengetuk pintu berwarna putih itu, tak berselang lama pintu terbuka dan menampilkan Vania dengan mata sembab serta tatapan sayu.

"Saya mau ngomong sa-" belum sempat Reyhan melanjutkan ucapannya Vania sudah lebih dulu membanting pintu dengan keras.

"Mending bapak pergi atau saya teriak!"
Ancam Vania dari balik pintu.

"Saya ke sini mau ngomong baik-baik tapi kamu yang gak sopan sama saya"

"Saya gak mau ketemu bapak! Dan saya mau resign dari kantor bapak"

Mendengar itu Reyhan langsung mengeratkan jemarinya digagang pintu lalu mendobraknya agar pintu itu terbuka.

Brak!

Suara tubuh Vania yang terhempas kelantai dan membentur meja, terlihat Vania yang kesakitan karena benturan itu cukup keras.

"Vania maaf saya gak sengaja" Reyhan segera membantu Vania berdiri.

"Ada perlu apa bapak kesini" tanya Vania sambil berjalan menuju sofa. Tak lupa dengan tatapan malas saat melihat Reyhan. 

"Saya minta maaf atas perlakuan saya malam itu. Semua bener-bener diluar kendali saya"

Mata Vania mulai memerah dan basah saat mengingat kejadian tiga hari lalu.

"Selama dua puluh dua tahun saya jaga kehormatan saya tapi bapak tega ngambil semuanya dengan alasan diluar kendali. Bapak pikir saya bakal semudah itu maafin bapak? Bapak salah!"

"Saya tau saya salah tapi ini sudah terjadi, saya bisa apa? Waktu gak bisa diputar Van"

"Kalo tau semuanya bakal kayak gini saya gak akan mau kirim alamat kenomor hp bapak!"

"Kalo bapak kesini cuma mau bahas soal kejadian itu mendingan bapak pulang dan jangan pernah kesini lagi!"

Mendengar itu rasanya Reyhan naik pitam, selama dua tahun dia mengenal Vania sebagai sekretarisnya baru kali ini perempuan itu berbicara dengan nada tinggi.

Reyhan terdiam sejenak saat melihat beberapa pecahan vas bunga yang sepertinya Vania sendiri yang sengaja memecahkannya. 

"Vania saya tau ini berat buat kamu, saya minta maaf karna perbuatan saya semuanya jadi seperti ini" 

"Saya minta rahasiakan masalah ini, dan jangan seenaknya resign" tegas Reyhan sembari melangkah keluar.

Vania tidak menjawab sama sekali sampai akhirnya laki-laki itu kembali membalikkan badannya menghadap Vania.

"Dan satu lagi" lanjutnya sambil memasukkan satu tangannya kedalam kantong celana "besok saya gak mau tau kamu harus kembali bekerja seperti biasa, masalah ini bisa kita bicarakan satu bulan kemudian" setelah itu Reyhan pergi begitu saja tanpa memperdulikan Vania yang masih menahan emosi.

Saat Reyban sudah keluar dari kamarnya, Vania segera mengambil air untuk menenangkan diri. Sehabis itu ia membersihkan pecahan kaca yang tak sengaja tersenggol saat Reyhan mendorong pintu.

Setelah membersihkan pecahan kaca Vania bersiap untuk pergi ke rumah sakit untuk menemui salah satu kenalannya di sana, namun tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar.

"Bapak ngapain masih disini?" Tanya Vania sedikit kaget saat Reyhan berdiri didepan pintu apartemennya dengan menenteng paper bag kecil.

"Tadi saya gak sengaja liat vas bunga kamu rusak" jelas Rey sambil menyodorkan paper bag "saya gak ada maksud lain"

"Makasih" jawab Vania seadanya lalu mengambil paper bag tadi dari tangan bosnya.

🍀🍀🍀

Pagi ini akhirnya Vania memilih untuk kembali bekerja karna semalam dia mendapat telpon dari bosnya. Tak hanya telpon, bahkan Rey rela menjemput Vania agar perempuan itu mau kembali bekerja.

"Ini masih pagi banget pak, belom ada orang" tutur Vania sambil berjalan beriringan dengan Reyhan.

"Sengaja biar gak ada yang liat kalo saya jemput kamu" jawab Reyhan dengan enteng.

"Lagian saya gak nyuruh bapak buat jemput saya, bapak sendiri malah yang maksa saya"

"Kamu sekarang banyak omong ya Van" tegurnya tiba-tiba "saya sadar apa yang sudah saya lakuin, tapi kamu harus inget di kantor saya tetap bos kamu dan seterusnya akan begitu" ketus Reyhan lalu berjalan mendahului Vania.

Memang benar selama kurang lebih dua tahun Vania menjabat sebagai sekretaris Reyhan, dia jarang sekali menyaut perkataan bosnya jika itu tidak perlu. Namun saat ini emosinya sedang tidak stabil saat mengingat kelakuan bejat Reyhan terhadapnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


𝐋𝐞𝐭'𝐬 𝐬𝐭𝐚𝐫𝐭 𝐚𝐠𝐚𝐢𝐧 (OnGoing) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang