tiga puluh 🌵

355 17 0
                                    

Dibalik selimut putih itu Vania menggosok perutnya. Hari ini mungkin hari yang tidak akan pernah dilupakannya.

Hari dimana ia dipertemukan dengan keluarga kandungannya. Dan juga dihari ini ia sudah mengetahui jenis kelamin anaknya, namun ia meminta dokter untuk merahasiakan hal itu.

Hampir saja ia lupa dengan kejadian dilift tadi, lebih tepatnya kejadian dimana ia melihat dengan jelas Reyhan membuka pakaiannya didalam ruangan bersama Oliv. Seharusnya Vania biasa saja karena memang pernikahan mereka tidak dilandasi oleh cinta, tapi entah mengapa hatinya sakit saat melihat itu semua.

"Vania..."

Suara itu membuat Vania menolehkan kepalanya. Saat melihat orang itu masuk Vania tersenyum lebar.

"Lo udah baikan?"

"Lumayan mendingan"

"Sorry ya gue cuma bawain buah. Soalnya gue buru-buru"

"Iya gak papa, makasih ya udah mau jenguk"

Perlahan Wili menarik kursi yang ada disana untuk ia duduki.

Selama mereka berada diruangan itu Vania tak berhenti tertawa mendengar cerita Wili yang mengatakan kesepian saat harus makan siang sendirian dan juga banyaknya pekerjaan yang dilimpahkan kepadanya. Sampai akhirnya terdengar pintu ruangan yang terbuka.

Reyhan masuk kedalam kamar itu dengan menggandeng seorang perempuan. Dengan santainya Reyhan meletakkan buah dan bunga yang ia bawa diatas nakas.

Wili yang sadar akan situasi itu segera mengalihkan perhatian Vania.

"Van liat deh gue nemu restoran yang harganya murah, keliatannya makanannya enak"

Vania mendengar suara Wili tapi matanya masih menatap Reyhan yang berdiri disebelahnya.

"Van liat dulu" kini Wili sedikit menarik tangan Vania.

"Aw sakit, apa sih Wil"

"Wili itu tangan Vania masih diinfus, jangan main tarik aja" tegur Reyhan yang beranjak duduk disofa.

"I-iya sorry, coba lo liat dulu ini" ujar Wili merasa tidak enak.

"Iya nanti kalo gue udah sembuh kita makan bareng"

Wili ikut tersenyum saat Vania tersenyum kearahnya. Reflek tangannya mengusap surai coklat milik Vania. Tentu saja perlakuan Wili tak luput dari perhatian laki-laki yang sedang duduk bersama perempuan.

"Ekhm, saya kesini buat jengukin kamu bukan ngeliatin kalian pacaran" sindir Reyhan yang mulai mendekati Vania.

"Kalian cocok loh, kenapa gak pacaran aja. Iyakan sayang?" Sahut Oliv.

"Apanya yang cocok" suara Reyhan menutupi kekesalannya. "Saya gak bisa lama-lama disini. Semoga kamu cepet sembuh"

"Cepet sembuh ya Vania biar kita bisa double date"

Vania yang mendengarnya hanya memutar bola matanya malas. Lebih baik tidak usah datang dari pada datang hanya membuatnya kesal. Batin Vania.

"Saya sama Oliv pamit pulang dulu. Wili jangan lupa waktu jenguk sebentar lagi habis" ucap Reyhan penuh penekanan.

Setelah hampir dua puluh menit Reyhan keluar dari ruangan itu tiba-tiba ponsel Vania berdering menandakan ada pesan.

Pak Rey

Saya anter Oliv pulang

Nanti saya kesana lagi

𝐋𝐞𝐭'𝐬 𝐬𝐭𝐚𝐫𝐭 𝐚𝐠𝐚𝐢𝐧 (OnGoing) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang