lima🌵

501 36 2
                                    

Saat berada didalam mobil Reyhan benar-benar tidak fokus yang membuatnya hampir melanggar lampu merah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat berada didalam mobil Reyhan benar-benar tidak fokus yang membuatnya hampir melanggar lampu merah. Bahkan saat ia sedang duduk bersama ayahnya yang ia pikirkan tetaplah sama seperti tadi.

"Rey kamu denger gak apa yang papa omongin?" Tanya Mahendra untuk kedua kalinya. "Papa liat kamu dari tadi melamun terus"

"I-iya pa aku denger, papa tenang aja biar aku yang ngecek kebun di sana"

"Cuma kamu harapkan papa satu-satunya" Mahendra menepuk pelan punggung anaknya sambil tersenyum. "Kamu jangan pikirin omongan mama"

Reyhan yang mendengarnya langsung mendongakkan kepala. "Maksud papa?"

"Papa gak mau maksa kamu buat terus bertahan sama Felysia. Kalian itu sodara jadi kalo bisa kamu cari perempuan lain yang lebih baik" pesan papanya yang diangguki oleh Reyhan.

"Sebenarnya aku juga capek pa kalo harus bertahan sama Fely, secara dia itu bukan orang asing. Setiap kali aku mau udahan pasti mama bakal bujuk aku buat balikan"

Rey menyandarkan kepalanya disofa yang ia duduki. "Aku pengen hidup tanpa diatur sama kemauan mama" Rey melirik sang ayah yang menoleh karna ucapannya. "Tapi aku tau itu gak mungkin" lanjutnya.

"Mama dari dulu emang gak pernah berubah" balas Mahendra. 

"Papa juga" setelah mengucapkan itu Reyhan segera bersiap pulang karna bercerita dengan ayahnya sama saja dengan membuang waktu, walaupun Rey mengatakannya tetap saja Mahendra tidak bisa berbuat banyak.

"Kamu mau pulang?" Reyhan hanya mengangguk pelan. "Papa udah siapin semuanya, jadi besok pagi kamu bisa langsung berangkat"

"Urusan kantor gimana?" Tanya Reyhan masih sedikit ragu.

"Tenang aja papa bakal gantiin kamu untuk dua hari kedepan"

Rey menghembuskan nafas gusar, lalu pamit untuk pulang dan menyiapkan semua keperluan esok hari.

🍀🍀🍀

Sedangkan di kantin rumah sakit, Vania sedang terisak tak bisa menahan kesedihannya saat melihat hasil USG yang baru saja keluar.

Saat ini rasanya Vania ingin mengakhiri hidupnya. Bagaimana tidak, hidup di tengah kota, tanpa memiliki orang tua yang bisa menenangkannya, ditambah mengandung anak diluar nikah. Cukup sulit baginya menerima kenyataan ini.

Namun perlahan isakannya berhenti saat ada seorang perempuan yang berdiri didepannya dengan membawa sebotol air minum.

"Kamu kenapa?" Tanya perempuan itu sambil menyodorkan botol berisi air minum

"Saya gak papa tante"  jawab Vania seadanya.

"Boleh saya duduk disamping kamu?" Vania mengangguk pelan. "Ini buat kamu"

"Makasih tante" Vania menerima botol berisi air minum itu dan menenggaknya hingga sisa setengah.

"Kamu kenapa nak" tanya perempuan itu sekali lagi.

Mata Vania menatap nanar perempuan dihadapannya ini. Bagaimana bisa Vania merasa tenang saat melihat tatapan tulus dari seseorang yang ada didepannya, padahal ini baru kali pertama pertemuan mereka.

"Kalo kamu gak mau cerita gak papa mungkin itu hal privasi. Tapi kamu harus bisa kontrol emosi, dari tadi orang-orang pada ngeliatin kamu" Vania menoleh kesekitarnya. "Kamu pasti gak sadar"

Rasanya saat ini Vania ingin dipeluk dan dikuatkan oleh seseorang agar bebannya sedikit berkurang.

"Hm, kamu mau makan?" Vania menggeleng sebagai jawabannya. "Ohh atau mau minum jus barang kali"

"Gak tante makasih sebelumnya, tapi untuk sekarang saya gak butuh apa-apa"

"Kamu butuh ini" Vania tampak bingung saat orang itu memberikan saputangan berwarna putih untuk dirinya. "Kamu bisa pake buat ngusap air mata"

"Makasih banyak" ucapnya sekali lagi.

"Iya sama-sama cantik, oh iya mungkin kamu juga butuh ini"

"Kartu nama? Buat apa" ucap Vania kebingungan.

"Saya tau kamu lagi gak baik-baik aja, tadi saya udah liat kamu dari awal masuk ruangan sampai akhirnya ketemu disini"

"Maaf kalo saya merepotkan" Vania melirik nama dikartu yang tadi diberikan "tante Rahayu"

Rahayu yang mendengar itu tersenyum ramah sambil mengangguk. "Kamu bisa hubungi tante kalo udah siap cerita"

"Makasih banyak tante" hanya itu yang bisa ia ucapkan, bahkan matanya tetap saja menatap Rahayu penuh arti. Suaranya yang lembut mampu membuat hati Vania tenang.

Rahayu terkekeh kecil. "Kamu dari tadi bilang makasih terus, udah ya tante duluan soalnya udah dijemput sama sopir"

"Iya tante hati-hati dijalan"

"Atau kamu mau bareng sama tante?"

Vania segera menggelengkan kepala tanda menolak. "Gak perlu tante, aku bisa pulang sendiri kok"

"Ya udah tante duluan ya, kalo kamu butuh temen curhat kamu bisa telpon tante"

Vania hanya mengangguk pelan. Sebenarnya dia tidak tau harus bicara apa, karna ia sangat bingung mengapa ada orang sebaik Rahayu yang mau membantu tanpa perduli dia siapa.

Setelah hampir 20 menit mobil Rahayu pergi, Vania juga segera memesan taksi online agar ia juga bisa segera kembali ke apartemen.

Setelah hampir 20 menit mobil Rahayu pergi, Vania juga segera memesan taksi online agar ia juga bisa segera kembali ke apartemen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐋𝐞𝐭'𝐬 𝐬𝐭𝐚𝐫𝐭 𝐚𝐠𝐚𝐢𝐧 (OnGoing) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang