Maxileo Felix
****
"Gerald.."
"Gerald, ayo sini nak.."
"Gerald"
"Papa kangen"
Huhh huhh
Lagi, mimpi itu kembali datang sejak kejadian kemarin.
Dada Gerald naik turun mengatur nafasnya. Menormalkan detak jantung nya yang bekerja lebih keras, membuat nya sulit mengendalikan nya.
Keringat dingin penuh mengelilingi di sekitar wajahnya. Bahkan baju bagian punggung nya juga berkeringat.
Pandangannya beralih pada laci meja di sebelah tempat tidur nya. Gara-gara foto itu ia terkadang memimpikan mimpi yang sama. Kembali terulang beberapa kali.
Selalu bertanya-tanya, siapa sebenarnya dia? Mengapa menyebut dirinya papa?
Itulah yang dipikirkan Gerald. Ingin bertanya, namun sepertinya belum waktu yang pas.
Tuhan, berikan petunjuk untuk Gerald.
Setelah nafas nya sudah kembali normal, Gerald mengambil ponsel nya yang ia letakkan diatas nakas. Melihat ke dalam ponselnya, jam sudah menunjukkan pukul 5.15.
Setelahnya, ia kembali menaruh ponselnya di atas nakas. Lalu turun dari kasur nya menuju kamar mandi. Mengambil air wudhu untuk menjalankan sholat subuh.
***
Naomi berjalan pelan di koridor kelas XI, melihat kesana dan kesini mencari seseorang sambil membawa kotak bekal ditangannya dan tak lupa botol air minum.
Naomi berhenti, berdiri di ambang pintu kelas XI BAHASA 1. Melihat sekeliling mencari seseorang, namun orang yang dicari tidak ada.
"Cari siapa ya?" tanya salah satu siswi.
"Em.. nyari kak Gerald, kak Gerald nya ga ada ya?"
"Ngapain Lo nyariin pacar gue?" jawabnya sedikit judes, menaikan sedikit dagunya, tatapan matanya berubah tajam.
Mendengar hal itu sedikit membuat hati Naomi tersayat. Ia kira orang yang ia kagumi belum punya pasangan tapi ternyata.. oh ayolah Naomi laki-laki tampan seperti kak Gerald ga mungkin jomblo?!
"Maaf kak aku ada urusan bentar sama kak Gerald"
"Urusan apa? kasih tau gue!"
"Ada apa'an sih" tanya seseorang yang tiba-tiba muncul dari belakang Naomi. Dia Nichol teman dekat atau bisa dibilang sahabat Gerald.
"Ngapain Lo bentak bentak dia? Lo ga pantes. Ga usah ngaku ngaku pacar Gerald, pergi Lo" ujarnya menatap tajam ke arah Hellen.
Hellen diam menatap sinis, membuang mukanya. Berlalu begitu saja bersama kedua temannya dibelakang saraya menyenggol bahu Naomi dengan bahunya, membuat Naomi tertolak kebelakang. Namun dengan cepat Naomi dapat menyeimbangi lagi tubuhnya.