"Gue puas banget ngeliat dia semalam" gumam Hellen menghampiri Edwin yang bersandar pada dinding pegar pembatas. Lalu Hellen pun ikut menyandarkan tubuhnya di sana.
Saat ini, Hellen dan Edwin sedang berdua berada di halaman belakang sekolah yang sempit. Tempat ini biasanya tempat tongkrongan anak anak yang tidak ada aturan. Tapi Hellen dan Edwin memilih tempat yang sedikit sepi agar orang orang tidak mendengar pembicaraan mereka.
Edwin tersenyum tipis kala mendengar perunturan Hellen itu. Sesekali ia menyeruput air dingin yang ia beli di kantin.
"Gue masih ga nyangka sih sebenarnya kalau Naomi itu adiknya Gerald. Tapi bagus deh, jadi gue bisa sama Gerald. Ga sabar gue ngeliat mereka cepat cepat putus!" ujarnya tersenyum riang.
"Emang ya, buah itu jatuh ga jauh dari pohonnya. Emaknya ngerusak rumah tangga orang, anak nya ngerebut Gerald dari gue" lanjutnya kesal.
"By the way, dia masuk hari ini?" tanya Hellen.
"Ngga" balas Edwin tanpa mengalihkan pandangannya. Pandangannya mengarah ke depan.
Terdengar Hellen tertawa remeh seraya merotasikan matanya lalu menaikan alisnya sebelah nya sebentar. "Pasti sekarang lagi nangis sesenggukan ga berhenti. Atau jangan jangan bunuh diri" tebak nya menutup mulutnya dengan telapak tangan nya seraya melotot tak menyangka seolah sedang terkejut.
Namun sedetik kemudian, Hellen melirik ke arah Edwin. Ia memiringkan kepalanya sambil menyipitkan matanya menatap Edwin.
"Atau.. lo udah ngelakuin sesuatu ke dia?" tanya Hellen dengan tatapan penuh interogasi.
Mendengar itu, Edwin tersenyum miring. Kini pandangannya beralih pada Hellen. Ia menatap manik mata milik saudara sepupunya itu.
"Apa yang udah lo lakuin ke dia?" tanya Hellen lagi.
"Nanti lo bakalan tau" jawab Edwin singkat. Hal itu tentu membuat Hellen semakin penasaran.
Ya, Hellen sama sekali tidak mengetahui kejadian itu. Yang ia lakukan hanya memberi tau kepada semua orang tentang asal usul Naomi yang sebenarnya.
Tanpa di sadari, di sisi lain, ada seseorang yang diam diam mendengar pembicaraan antara Hellen dan Edwin. Orang itu menggepalkan tangan nya sudah mulai berkeringat. Rahang nya kini sudah mengeras menahan amarah. Tak menunggu lama ia langsung keluar dari persembunyiannya dan menghampiri dua insan itu.
"Maksud kalian apa?!" tanya Molina yang sudah berdiri tepat di tengah tengah antara Hellen dan Edwin.
Mendapati kedatangan Molina yang secara tiba-tiba membuat Hellen terlonjak kaget. Namun dengan cepat ia menormalkan detak jantung nya agar tak terlihat jika ia sedang terkejut.
Sedangkan Edwin, ia menatap diam ke arah Molina yang terlihat menahan amarahnya. Bahkan wajahnya sudah memerah. Sejujurnya, Edwin sudah tau jika Molina ada di sini. Sebenernya sebelum ke sini, dari belakang Molina mengikutinya. Edwin yang mengetahui itu pun tentu saja membiarkan nya. Toh, untuk apa ia menutupi semua nya? cepat atau lambat Molina juga akan tau.
"Kalian ada hubungan apa?!" tanya Molina lagi. Kali ini nada nya terdengar lebih tinggi. Amarahnya sudah memuncak.
"Lo tanya aja sendiri sama sahabat lo ini" balas Hellen menatap datar ke arah Molina.
Tak berselang lama, ia menatap ke arah Edwin. "Kayaknya ini urusan kalian berdua, gue duluan" ujarnya kepada Edwin seraya menepuk bahunya. Setelahnya ia langsung melangkah pergi meninggalkan Molina dan Edwin berdua.
"Apa yang udah lo lakuin ke Naomi?!" tanya Molina yang mencoba mengontrol dirinya agar tak meledak.
"Seperti yang lo dengar" jawab Edwin datar menatap Molina tanpa ekspresi.