⚠️WARNING⚠️
Part ini mengandung kekerasan, mohon kebijakan nya dalam membaca!.
.
.
."Tenanglah, ada aku di sini.." ucap Baba mengelus pelan pundak Naomi yang memeluknya lagi.
"Aku di sini untuk.."
Srakkk!
"Menyakiti mu" lirihnya ketika berhasil menusuk perut Naomi.
Naomi yang terkejut dengan tusukan itu, nafasnya seketika tertahan. Matanya mulai berair, menjauhkan tubuhnya sedikit untuk melihat ke arah Baba.
Baba membalas tatapan Naomi. Tatapan mata Baba begitu tajam, bibirnya tersenyum tipis. Ia merasa puas dengan apa yang ia lakukan barusan.
"Apa yang kamu lakukan?" ucap Naomi kesakitan. Ia memegangi perutnya yang sudah dipenuhi darah yang mengalir keluar dari sana. Matanya kini sudah memerah memandang pria di depannya.
"Kamu siapa?! Ka-kamu bukan Baba, Baba ngga mungkin ngelakuin ini" ucapnya lagi yang terjeda karena berusaha untuk menahan rasa sakit yang menyerang.
"Kenapa tidak?" balas Baba tersenyum jahat. Meskipun ia memakai topeng tetap saja Naomi dapat melihat bagaimana ekspresi pria itu.
"Kamu sia- Akhh!" ucap nya tertahan karena tak bisa menahan tusukan itu yang begitu dalam.
Pisau itu masih menancap dengan indahnya di perut Naomi. Cairan merah pekat dan segar itu terus mengalir deras bagaikan mata air yang selalu mengeluarkan air nya.
Naomi menundukkan kepalanya melihat kearah pisau yang menancap di perutnya itu. Dengan tertatih ia mencoba mencabut pisau itu dari perutnya. Namun, saat tersenggol sedikit saja rasanya begitu sakit. Ia tak bisa melakukan nya.
Pria di depannya itu tersenyum lagi, bahkan senyuman nya semakin lebar. Ia merotasikan matanya lalu mendekati Naomi perlahan. Dan segera ia mencabut pisau itu..
Srakkhh!!
'Akhhh!!'
Teriak Naomi kuat saat pisau itu berhasil keluar dari perutnya. Tubuhnya sekarang benar-benar lemas. Cairan bening dari matanya terus mengalir deras. Naomi menunduk memejamkan matanya kesakitan. Semakin lama rasanya begitu dalam dan sangat sangat menyakitkan bahkan hampir mati rasa.
Plak!
Mendengar seperti suara benda jatuh, Naomi mencoba membuka matanya perlahan dan melihat ke arah samping nya yang terdapat topeng berwajah badut.
Laki-laki itu membuka topengnya.
Dengan sekuat tenaga Naomi berusaha mendongakkan kepalanya untuk melihat pria itu yang sudah berdiri. Laki-laki itu menatap penuh dendam ke arah Naomi.
Bagaikan terkena sambaran petir kuat, Naomi membelalakkan matanya membulat menatap tak menyangka ke arah laki-laki itu. Mulutnya ternganga bergetar. Tubuhnya pun juga ikut bergetar. Nafasnya semakin sesak saat tau siapa laki-laki itu.
"E-edwin..?" gumamnya pelan, bahkan suaranya pun hampir tenggelam dalam ketakutan.
"Edwin? ck gue Henzo bukan Edwin. Edwin itu bodoh, ini Henzo. Henzo yang kejam" ucapnya acuh.