17

5 4 0
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Tok tok tok..

Suara ketukan pintu itu mengalihkan perhatian Edwin. Yang tadinya ia sedang sibuk berkutat dengan buku dan tugas sekolah nya, kini pandangannya beralih pada pintu utama.

Edwin menatap penasaran seraya menaikkan alisnya sebelah. Siapa gerangan yang datang ke rumah nya? Batinnya bertanya.

Tak menunggu lama, akhirnya Edwin bangun dari duduknya lalu segera beranjak untuk membuka pintu itu.

"Iya sia-- pa?" mata Edwin melebar membulat sempurna saat mengetahui siapa tamu yang datang kerumahnya.

Edwin tak menyangka siapa yang datang berkunjung untuk menemuinya itu. Detak jantungnya bekerja lebih cepat. Tangannya bergetar hebat. Ia menyembunyikan tangan nya di belakang tubuhnya agar tidak terlihat jika ia sedang gugup.

"Anda tau dari mana rumah saya?" tanya Edwin berusaha tenang.

"Saya kangen sama kamu" balas orang itu seraya tersenyum smirk.

***

"Assalamualaikum" ucap Edwin setelah membuka helmnya lalu menaruhnya di atas motor nya. Ia turun dari motor nya dan langsung menyalami tangan tante dan om nya yang kebetulan sedang duduk bersantai di teras rumah sambil berbincang kecil.

"Waalaikumsalam"

"Tumben ke si-- astaga Edwin, muka kamu kenapa?" tanya Hana kaget melihat wajah Edwin yang dipenuhi memar.

"Gapapa kok tan, ini tadi di jalan nolong ibu ibu di copet" balas Edwin tersenyum agar Hana tidak begitu khawatir dengan kondisi nya.

"Dia dimana tan?" lanjutnya bertanya.

"Ada di dalam lagi bikin kue"

"Kue? Tumben" ujarnya menaikkan alisnya sebelah.

"Biasa" balas Hana terkekeh. Edwin yang mengerti maksud Hana pun hanya tersenyum.

Edwin melangkahkan kakinya memasuki rumah itu. Ia berjalan menuju dapur, saat sudah sampai di dapur, hal yang pertama ia lihat adalah sosok perempuan yang sedang sibuk mengaduk adonan.

"Dor!"

"Edwin! Kebiasaan banget ngagetin orang!"

"Tumben bikin kue" ujar Edwin mendudukkan dirinya di kursi.

"Iya dong, mau gue kasih ke Gerald"

"Gerald mulu yang di pikirin, buat gue?"

"Ga ada!" balas Hellen dengan cepat.

Hellen menyipitkan mata, memajukan sedikit wajahnya untuk melihat lebih jelas wajah Edwin.

"Kenapa tuh muka?"

"Ada ibu-ibu tadi di copet"

"Bohong! Jujur itu kenapa?"

"Dia datang ke rumah"

"Kok dia bisa tau kontrakan lo?" tanya Hellen mengerutkan keningnya.

Edwin mendengikkan bahu nya tak tahu.

Sudah lama kabar pria itu tidak terdengar. Kini tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba kemunculan pria itu membuat Edwin merasa tidak tenang.

Ia takut masalalu itu kembali menyakiti nya. Kehadiran sosok pria itu saja sudah membuat Edwin sakit, bagaimana jika pria itu kembali membuka luka yang lama?

Berusaha untuk tenang namun ketakutan terus melanda dan menghantuinya. Masa kelam seakan kembali muncul kepermukaan. Kembali membuka luas goresan luka yang sudah tertutup rapat.

Ia tak ingin berurusan lagi dengan pria itu. Siapapun tolong usir dia dari dunia nya dan musnahkan dia dari hidup nya.

Edwin, menghembuskan nafasnya perlahan. Mencoba untuk menenangkan perasaan nya yang sejak tadi membuat nya gelisah tanpa henti.

"Gue numpang kamar lo, jangan lupa kue buat gue" bangun dari duduknya lalu segera beranjak ke lantai dua dimana kamar Hellen berada.

"Iya bawel!"

***

"Hati-hati ya kak, jangan lupa istirahat yang cukup, makan nya jangan di tunda"

"Iya Na" balas Gerald seraya mengelus lembut pipi Naomi.

Saat ini Gerald, Naomi dan beserta yang lainnya sedang berada di bandara untuk penerbangan ke Jakarta untuk turnamen basket melawan pemain dari daerah lain.

Molina, Hellen, Gebriella, Jihan, Johnny dan orang tua siswa yang lainnya ikut serta mengantarkan anak-anak mereka.

Hellen menyalip di antara Gerald dan Naomi. Lalu ia menyodorkan sekotak bekal yang berisikan kue yang ia buat tadi.

"Gerald, ini aku buatin kue kesukaan kamu kue brownies, ini untuk kamu ngemil di perjalanan" ujar Hellen tersenyum manis.

Gerald menatap Naomi sebentar, terlihat ekspresi Naomi yang langsung berubah. Namun sedetik kemudian Gerald mengalihkan pandangannya pada Hellen. Seulas senyuman manis yang terlihat tulus hadir yang tertuju pada Hellen.

Gerald mengangkat tangan nya meraih kotak bekal itu. Menerima pemberian Hellen dengan senang hati.

"Makasih Len" ucap nya berterima kasih.

"Sama-sama" jawab Hellen tersenyum memamerkan gigi rapinya.

Naomi yang melihat interaksi antara Gerald dan Hellen, hati nya sedikit tak enak. Ia membuang pandangannya ke arah lain. Semakin di lihat malah akan semakin sakit.

"Good luck Chol!" seru Molina mengepalkan tangannya memberi semangat kepada Nichol.

Nichol yang melihat itu terkekeh geli. Molina terlihat menggemaskan menurut nya. Namun tetap di hati nya sudah ada seseorang yang lebih mengagumkan di matanya.

Nichol melirik kearah kanan, tepat dimana perempuan yang ia kagumi berdiri di sana. Nichol tersenyum tipis ketika melihat senyuman manis yang terbit di bibir mungil nya.

"Hati-hati kak Nichol, jaga kesehatan" ujar Gebriella.

"Iya makasih Gebi" balasnya.

"Ya udah yuk Rald, pesawat nya bentar lagi udah mau jalan" ajak Nichol menepuk pundak Gerald.

Gerald mengangguk iya lalu dengan segera berpamitan kepada Jihan dan Johnny.

"Gerald pamit ma, pa"

"Iya hati-hati ya"

Setelah mendapatkan persetujuan dan doa restu, Gerald mulai menarik koper miliknya lalu beranjak pergi bersama pelatih dan teman teman tim nya.

Gerald melihat ke arah belakang sebentar sebelum benar-benar meninggalkan bandara. Ia melambaikan tangannya tersenyum dan terus menatap ke arah Naomi.

Naomi yang peka akan hal itu pun membalas lambaian tangan Gerald.

🛫🛫🛫

To be continued..

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang