15

4 5 2
                                    

Langkah demi langkah menyusuri jalan kecil yang sengaja di buat di sekeliling taman.  Genggaman erat antara tangan Naomi dan Gerald diayunkannya ke depan dan ke belakang secara bergantian.

Naomi tersenyum dengan sesekali melihat ke arah Gerald. Ia benar-benar tak menyangka jika status nya sekarang bukan lagi seorang adik kelas, melainkan kekasih kakak kelas nya, Gerald.

Untuk masalah kemarin, alasan Gerald tidak datang karena ia harus rapat OSIS dan latihan sudah ia ceritakan kepada Naomi. Untungnya Naomi mengerti, Naomi tak begitu mempermasalahkan meskipun ia sedikit kecewa karena Gerald sudah berjanji.

"Kakak tau ga? Hidung sama bibir kak Gerald sama loh kayak papa"

"Oh ya?"

"Iya, tapi Naomi ga bawa foto papa, nanti Naomi kasih lihat" balas Naomi

"Kenapa kak?" tanya Naomi saat tiba-tiba Gerald menghentikan langkahnya secara sepihak.

"Ke toilet dulu ya bentar, tiba-tiba perut aku mules, kamu tunggu di sini sebentar"

"Oh iya" setelah mendapat izin dari Naomi, Gerald segera beranjak menuju toilet umum yang sudah disediakan.

Naomi memandang kepergian Gerald yang terburu-buru, sepertinya dia sudah tidak bisa menahan lagi. Naomi terkekeh pelan melihat nya, tapi ia bukan menertawakan tingkah lucu Gerald itu, melainkan ia terbawa perasaan ketika mendengar Gerald berbicara aku kamu.

Naomi melangkahkan kakinya menghampiri kursi di depan sana. Saat akan duduk, tak sengaja ia melihat sosok anak kecil yang berdiam diri didekat pohon rindang menatap kearah bawah yang terdapat sebuah bola yang sudah kempes di tangan nya.

Niat yang tadinya ingin mengistirahatkan dirinya, Naomi malah menghampiri anak laki-laki itu.

"Dek?" panggil nya namun tak di gubris oleh anak laki-laki itu. Naomi melihat kearah tubuh anak laki-laki itu, ia prihatin. Keadaan nya cukup parah.

Terlihat beberapa cap merah dan juga darah di sekitar pelipis dan siku, bagian telapak tangan nya sedikit terdapat goresan, kaki nya penuh lebam.

"Dek kamu gapapa?" mendengar pertanyaan Naomi, akhirnya anak laki-laki itu pun mengangkat pandangannya. Matanya sayu seperti sehabis menangis, bibirnya pucat.

Naomi menutup mulutnya terkejutan saat melihat wajah adik itu yang terlihat menyedihkan dan juga seluruh keadaan nya yang memperlihatkan.

"Kamu kenapa? Kenapa keadaan kamu kayak gini?" tanya Naomi, namun hanya di balas gelengan dari anak laki-laki itu.

Matanya beralih pada bola yang pegang anak laki-laki itu "Bola kamu kenapa? Kempes ya?" tanya Naomi dan dibalas anggukan.

Anak laki-laki itu menyodorkan bola kempes itu ke arah Naomi. Ia memperhatikan apa penyebab bolanya bisa kempes.

"Oh bola kamu kena duri? em.. gini aja, kamu tunggu di sini, kakak mau beli'in bola baru sama obat untuk kamu. Kamu tunggu di sini ya sebentar" ujar Naomi yang dibalas anggukan. Setelah mendapatkan jawaban, dengan segera Naomi beranjak meninggalkan anak laki-laki itu dan pergi ke toko terdekat.

***

Naomi berlarian tergesa-gesa setelah mendapatkan bola dan obat, tak lupa juga ia membeli beberapa roti untuk anak laki-laki tadi.

Setelah berlarian yang cukup melelahkan, akhirnya Naomi sampai di tempat di mana anak laki-laki itu berada. Namun, ia tak melihat sosok anak itu, Naomi melihat sekeliling dengan nafas ngos-ngosan pun juga tak terlihat sosoknya.

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang