12

11 6 2
                                    

Follow Instagram:@whegsh_@xo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Follow Instagram:
@whegsh_
@xo.lxveli

****

Seorang laki-laki bertubuh sedikit berisi dengan kulit yang tak terlalu gelap berwarna coklat berjalan cepat tergesa-gesa keluar dari sebuah supermarket. Tiba-tiba laki-laki itu tak sengaja menabrak seorang laki-laki jakung yang akan memasuki supermarket.

"Bapak tidak apa-apa?" tanya laki-laki jangkung itu membantu laki-laki berkulit gelap.

"I-iya tidak apa-apa" jawabnya gugup.

Gerald--laki-laki jangkung itu mengerutkan dahinya melihat tingkah laki-laki yang umurnya lebih tua darinya terlihat aneh dan gugup. Tak disengaja matanya menangkap sebuah benda berbentuk persegi panjang berwarna merah dibawah sana.

Gerald mengambil benda itu berniat ingin mengembalikan benda itu pada sang pemilik. Namun laki-laki tadi yang ia kira merupakan sang pemilik malah entah pergi kemana. Sosok nya sudah menghilang.

Gerald melihat ke sana dan kesini namun tak menemukan laki-laki tadi.

⋇⋆✦⋆⋇

"Gue ga bisa, ada urusan"

"Sepenting apa sih emang nya? Bentar lagi kita rapat OSIS. Lo wakilnya, seharusnya lo yang gantiin Bima. Tau sendiri Bima baru aja dapat musibah kecelakaan semalam. Dan kita juga harus latihan" ucap Nichol diseberang sana.

"Huhh" Gerald membuang nafasnya gusar seraya memijat tulang hidung nya.

Sebenarnya ia sekarang sudah bersiap pergi untuk menemani Naomi ke makam alm papanya. Namun, sepertinya dunia sekarang tidak mengizinkan nya. Ia sudah berjanji akan menemani Naomi, bagaimana mungkin ia bilang pada Naomi jika ia tidak bisa?

Tidak mungkin Gerald tidak hadir di rapat yang penting untuk sekolah nya kedepan. Dan tak mungkin juga ia melewatkan latihan karena ia akan bertanding melawan pemain dari provinsi lain. Sebagai ketua ia harus memberikan contoh yang baik. Semuanya untuk sekolah nya.

"Oke gue otw" ucapnya dengan keputusan ragu. Mau tak mau ia harus hadir. Bagaimanapun juga apa yang dikatakan Nichol ada benarnya.

***

Hari ini adalah hari memperingati kepergian papanya Naomi di tahun yang ke 9. Dua hari setelah hari ulang tahun nya.

Hari ini ia sudah izin untuk tidak hadir disekolah. Setelah pulang dari makam, ia akan berdiam diri di rumah.

Sejak tadi tak henti-henti nya Naomi menunggu seseorang yang sudah berjanji akan menemaninya ke makam papanya. Namun, sosok nya sampai saat ini juga belum terlihat.

"Kak Gerald mana ya?" gumam batin Naomi.

"Naomi ayo kita berangkat, kamu nungguin siapa?" tanya Nadina menatap bingung ke arah Naomi yang seperti sedang menunggu seseorang.

"Ngga kok ma. Ya udah kita berangkat"

***

Taburan berbagai macam bunga menghiasi makam yang sudah berada disana selama 8 tahun yang lalu.

Felix, mengelus lembut batu nisan yang tertera nama kakaknya, Flowie Anatasya.

Felix menatap sayu ke arah batu nisan itu. Ia tersenyum tipis. "Pasti kakak udah bahagia sekarang" gumamnya pelan.

Ia datang ke sini tanpa sepengetahuan ibunya, Vania. Seragam sekolah melekat pada tubuhnya. Felix, bolos sekolah untuk pergi ke makam kakak nya. Tiba-tiba ia merasa rindu pada kakak pelindung nya itu.

"Pa, jangan pukul Felix. Ini salah Flowie, pukul Flowie aja!"

Entah mengapa ia jadi teringat kembali kenangan pahit itu. Felix memejamkan matanya, tangan nya tergepal meremas tanah makam.

"Mana yang sakit? sini kakak obatin"

"Ini" tunjuk Felix kecil ke arah sikunya yang lecet.

"Huff" suara tiupan angin dari mulut Flowie pada luka milik Felix. "Udah sembuh" gumam nya tersenyum.

Felix buru-buru membuka matanya lagi. Ia tak ingin kembali mengingat masa lalu nya lagi. Jika di ingat itu akan membuatnya sakit dan muak.

Dengan segera ia berdiri dari jongkok nya. Menatap sebentar makam kakak nya. "Felix pulang dulu kak" gumam nya. Setelah nya ia segera beranjak meninggalkan pemakaman.

***

Felix melangkah 'kan kakinya menuju di mana motornya terparkir, tak sengaja matanya menangkap sosok perempuan yang ia kenal sedang berjongkok disebuah makam yang tak jauh dari posisinya.

Karena penasaran, Felix pun memutuskan untuk mendatangi perempuan itu. Dan benar saja dugaan nya.

"Naomi?" pangginya. Naomi yang merasa terpanggil pun menoleh, mendongakkan kepalanya melihat seseorang yang berdiri didepannya.

Felix melihat nama yang tertera pada batu nisan milik makam yang didatangi Naomi. Di lihat dari ekspresi Naomi tadi, Naomi terlihat menyedihkan.

"Ini makam siapa?" tanya Felix sedikit berhati-hati.

"Makam papa" jawab Naomi lirih.

Felix menjongkokkan badannya, menatap sebentar batu nisan itu lalu kembali menatap Naomi.

"Sendirian aja?"

"Tadi ada mama, tapi udah pulang duluan. Lo ngapain di sini?" tanya Naomi balik

"Habis dari makam pahlawan"

"Emang nya disini ada makam pahlawan? Makam siapa?" tanya Naomi seraya melihat ke kanan kiri mencari sebuah makam yang dimaksud Felix.

"Kakak gue pahlawan nya" gumam Felix pelan, suaranya bahkan hampir tak terdengar. Untung pendengaran Naomi tajam, ia dapat mendengar nya meskipun tak begitu jelas.

Hening, dua insan itu diam dengan pikiran masing-masing. Tak berselang lama, Naomi pun membuka suara.

"Turut berdukacita"

"Lo juga"

Rintik-rintik air dari langit jatuh secara perlahan sedikit demi sedikit. Naomi dan Felix yang merasakan rintikan hujan itupun langsung bangun dari jongkok nya.

"Hujan na, ayo pulang" ajak Felix seraya langsung menarik tangan Naomi ketika rintikan hujan itu semakin deras.

Dengan buru-buru keduanya menaiki motor milik Felix dan Felix langsung mengegas motornya keluar dari pemakaman.

Tak disadari, sosok seorang berpakaian serba hitam berdiri dibawah pohon rindang untuk melindungi nya dari guyuran hujan, memandang kepergian Naomi dan Felix.

"Jadi.. dia Naomi?" gumamnya seraya tersenyum smirk.

Matanya tak lepas dari Naomi. Memperhatikan kepergian nya sampai jejak nya tak terlihat lagi.

🌧️🌧️🌧️

To be continued..

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang