16

7 4 0
                                    

"WOI!" teriak Edwin tepat di depan telinga Naomi.

Naomi yang di teriaki langsung terlonjak kaget dan hampir saja jatuh dari kursinya jika tidak dengan segera ia berpegang pada meja.

"Lo apa-apaan sih ngagetin tau ga! Ga usah teriak teriak bisa?!"

"Ya lo dari tadi melamun mulu, kesambet baru tau lo" ucap Edwin seraya menarik kursi di depan bangku milik Naomi lalu menghadap kan kursi itu duduk berhadapan dengan Naomi.

"Lo kenapa?" lanjutnya bertanya.

"Kak Gerald ga ada kabar, biasa nya pagi-pagi gue chat selamat pagi dia langsung bales, gue telfon handphone nya ga aktif" jawab Naomi memanyunkan bibirnya.

"Ga usah manyun manyun, kayak bebek lo. Udah ketemu Gerald tadi?"

"Belum sih"

"Positif thinking aja mungkin handphone nya lowbat. Dari pada melamun ga jelas, gue ada sulap buat lo"

"Sulap apa'an, jangan yang aneh aneh!"

Naomi memperhatikan Edwin yang membawa sebotol air yang di ambil dari tas nya, lalu meletakkan botol itu di atas meja. "Mau ngapain?"

"Nih liat, koin ini bakalan gue sulap. Gue bisa mindahin koin ini ke dalam botol. Lo liat kan koin ini lebih besar dari pada lubangnya" ujar Edwin membandingkan besar lingkaran pada koin dan lubang botol air minum kemasan.

"Emang bisa?" tanya Naomi meragukan seraya menaikkan alisnya sebelah.

"Lo meragukan kemampuan gue?" ucap Edwin sambil membuka tutup botol itu.

"Sekarang lo tutup mata, ikutin apa yang gue ucapin"

"Kenapa harus tutup mata, pasti lo mau curang kan, lo bawa botol cadangan?!"

"Suudzon mulu lo, emang lo ngeliat gue bawa dua botol? udah deh lo nurut aja, dijamin lo bakalan loncat loncat kegirangan"

Naomi menatap sinis ke arah Edwin. Perlahan dengan terpaksa ia menutup matanya dan mengikuti apa yang di ucapkan Edwin.

"Sim salabim jadi apa prok prok prok!"

"Sim salabim jadi apa prok prok prok"

"Ok sekarang buka mata lo dan lihat ke dalam botol itu"

Jujur sebenarnya Naomi sangat malas meladeni manusia aneh yang satu ini. Namun karena penasaran akhirnya ia menurut saja. Segera ia mendekatkan wajahnya tepat di depan botol. Melihat isi botol itu dari atas.

Saat sedang mencari koin itu, bukan lah keberuntungan yang ia dapat, malah sebuah semburan air dari botol itu. Dengan tanpa dosa nya Edwin menekan botol itu yang mengakibatkan air botol itu muncrat keluar. Edwin tertawa terbahak-bahak seraya memegangi perutnya.

"EDWIN! GILA LO, BAJU GUE BASAH!" teriak Naomi

"Astaga Naomi, ga capek lo di kerjain dia mulu? gini nih akibat terlalu pintar jadi bego" ujar Molina yang baru saja kembali setelah mengobrol dengan salah satu teman kelas nya.

Seisi kelas riuh bagaikan kebun binatang dengan kandang hewan yang dibiarkan terbuka membuat hewan hewan itu heboh. Ya, sekarang jam kosong. Sebuah hari kemerdekaan bagi para siswa siswi karena guru guru sedang rapat.

"Lo juga kenapa sih iseng banget jadi orang!" ujar Molina seraya menjewer telinga Edwin.

"Akhh sakit Lin!" ucap Edwin memegangi telinga nya yang terasa panas dan memerah akibat jeweran dari Molina.

"By the way liat air gini gue jadi keingat dulu kita disuruh cuci mobil gara-gara Edwin nendang bola terus mecahin pot bunga nyokap gue" ucap Molina seraya menduduki bangku nya memulai cerita.

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang