20

4 2 0
                                    

Saat ini Felix dan Naomi sudah berdiri tepat didepan pintu ruangan Harun. Akhirnya Felix sudah memutuskan untuk memberi kesempatan sekali lagi untuk Harun.

Felix merasa sedikit gugup, ia tak tau harus bagaimana jika sudah bertemu Harun di dalam.

"Gue ke toilet dulu, tiba-tiba perut gue mules" ucap Felix memegangi perutnya.

"Jangan banyak alasan Lix" ujar Naomi menatap Felix.

"Serius" balas Felix mengangkat jari nya membentuk huruf V.

"Udah ga tahan, gue duluan" lanjutnya langsung lari terbirit-birit ke arah toilet. Naomi hanya diam melihat kepergian Felix sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Naomi memegang gagang pintu didepannya lalu membukanya sedikit, namun saat akan masuk langkah nya langsung berhenti. Ia mendengar suara ribut dari dalam ruangan.

"Kamu? Mau apa kamu kesini?" tanya Harun dengan raut wajah yang tidak bisa ditebak.

"Halo Harun, sudah lama kita tidak berjumpa" sapa laki-laki itu seraya tersenyum smirk.

"Ada urusan apa kamu datang kesini?"

"Kedatangan saya kesini untuk meminta uang kepada mu"

"Uang? Untuk apa? Jika kamu ingin uang, kamu bisa bekerja!" balas Harun sedikit menekan setiap ucapannya.

"Untuk apa saya bekerja susah payah membuang-buang tenaga dan kepanasan dibawah sinar terik matahari kalau saya punya kamu sebagai ATM saya?"

Naomi mengerutkan keningnya bingung mendengar ucapan laki-laki iti. Apa yang di maksud laki-laki itu? Batin nya bertanya.

"Jika kamu tidak mau memberi saya uang, saya akan membongkar rahasia 10 tahun yang lalu. Bahwa saya lah yang menyalip mobil sahabat mu itu, Alfan. Dan kamulah yang telah melempar mancis itu sehingga membuat mobil yang dinaiki Alfan dan keluarga nya meledak terbakar" lanjutnya.

Tubuh Naomi sudah diam mematung, detak jantung nya bekerja lebih cepat. Perasaannya sudah tak karuan, hatinya hancur mendengar hal itu.

Matanya memanas, terlihat air beling yang sudah terkumpul di kelopak matanya. Tangan nya gemetaran, kakinya tiba-tiba menjadi lemas, ingin terus berdiri tapi rasanya tak sanggup.

Menggepalkan tangannya, rasa sakit, kecewa, marah, kesal, sedih, semuanya tercampur aduk. Ia benar-benar marah dan kecewa.

Tak menunggu lama, Naomi langsung mendobrak kasar pintu itu lalu masuk dengan tergesa-gesa.

Harun dan laki-laki tadi terkejut dengan kedatangan Naomi secara tiba-tiba.

Harun membulatkan matanya kaget, detak jantungnya juga langsung bekerja 2x lebih cepat dari biasanya. Sedangkan laki-laki tadi langsung pergi meninggalkan Harun dan Naomi.

"Apa tadi om? Naomi ga salah denger 'kan?! APA BENAR YANG NAOMI DENGAR TADI OM??! JAWAB OM!!" tutur Naomi menaikan suaranya tinggi. Naomi yang sudah tak bisa menahan amarahnya. Urat-urat di sekitar leher nya terlihat jelas.

"Om bisa jelaskan semuanya Naomi. Om, om benar-benar menyesal. Om menyesal dengan apa yang sudah om lakukan. Om melakukan itu karena om iri dan dengki melihat perusahaan papamu yang semakin sukses, sedangkan om hampir bangkrut.

Beberapa hari setelah kejadian itu, tanpa disangka om mendapat dana bantuan dari papamu untuk perusahaan om. Dan ini lah hasilnya, om sukses, dan semua ini sebenarnya milik kamu" balas Harun menatap nanar ke arah Naomi. Tubuhnya gemetaran menjelaskan semuanya kepada Naomi.

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang