Jay Park mengamati kertas-kertas yang berserakan itu. Ia mengambil beberapa dan memeriksanya, sedangkan Dara yang tak sempat mengamankan kertas tersebut hanya bisa berdoa semoga apa yang ia kerjakan sudah benar.
"Proposal iklan?" Jay Park bertanya, hal itu langsung dijawab dengan anggukan oleh Dara.
Pria di depannya kini merogoh pulpen yang ada di saku celananya, ia mulai mencoret beberapa kata di dalam kertas itu.
Aduh... Apa ada yang salah? Dara hanya berani bertanya-tanya di dalam hati. Ia tak bisa mengucapkan apapun di depan Jay Park karena masih merasa bersalah akibat peristiwa 'uber' kemarin.
"Aku sangat senang ada karyawan yang rajin sepertimu, di kota besar seperti Seoul sangat jarang ada orang yang mau melakukan lembur di hari liburnya." Jay Park nampak memeriksa kertas selanjutnya. "Orang-orang biasanya melakukan lembur dengan menambahkan jam di hari kerja. Ah... Hoody juga sering melakukannya, dia sangat tekun. Tidak heran jika kau juga melakukan itu, Hoody pasti yang mengarahkanmu."
Dara mengangguk, membenarkan perkataan Jay Park. Tepatnya memang benar, Hoody yang menyuruhnya lembur hari ini.
"Ya... Kau karyawan yang rajin, tapi sayangnya kau kurang teliti." Jay Park menyodorkan beberapa kertas itu pada Dara.
Gadis itu meraihnya dan melihat bahwa memang ada banyak salah kata dan pengetikan.
"Proposal itu akan dikirimkan ke perusahan besar. Jadi kuminta agar kau lebih hati-hati dalam mengerjakannya. Karna jika seperti ini, lemburmu yang harusnya meringankan pekerjaan besok, justru akan membuat tim-mu makin kerepotan."
"Saya minta maaf, saya akan lebih teliti." Dara membungkukkan badannya sesaat.
"Kerjakan itu dulu saja, kalau sudah selesai kau bisa mengantarnya ke ruanganku untuk revisi." Jay Park hendak berlalu, tapi ia kembali berbalik. "Aku tunggu satu jam," lanjutnya. Pria itu kemudian benar-benar pergi.
Dara berjalan lemas menuju ke ruangan printer lagi. Ia memeriksa kesalahan-kesalahan dan membenahinya di sana.
"Dia lebih cocok menjadi dosen. Caranya memperlakukan karyawan seperti dosen pembimbing skripsi." Dara bermonolog.
Gadis itu pun merevisi apa yang sudah ia kerjakan. Berulang kali ia melirik ke arah jam dinding. Waktu seakan berjalan begitu cepat. Dara memburu waktu, sambil sesekali meneliti apakah ada kesalahan ketik seperti tadi. Setelah dirasa perfect, ia pun mencetaknya dan membawanya ke ruangan Jay Park.
Jantung Dara berdebar-debar, ia masih belum siap untuk bertatap muka lagi dengan bosnya itu. Gara-gara kejadian 'uber' itu, ia menjadi sangat sungkan--atau bahkan takut?
Dengan keberanian yang pelan-pelan Dara kumpulkan, akhirnya tangannya mengetuk ruangan dengan pintu bertuliskan 'Chairman Room' itu.
"Masuk." Suara Jay Park terdengar dari dalam sana.
Perlahan-lahan sambil mengatur napas, Dara pun membuka pintunya dan masuk.
Ia dapati Jay Park sedang duduk di kursinya dan sibuk memainkan ponsel.
Pasti sedang berkirim chatting dengan pacarnya. Pikir Dara.
Gadis itu kemudian meletakkan kertas proposal yang ia bawa di atas meja Jay Park dengan sopan.
Jay Park meletakkan ponselnya di atas meja dan meraih kertas-kertas itu. Saat itulah Dara yang penasaran melirik ke arah layar ponsel. Rupanya dugaannya salah. Bukan berkirim chatting, rupanya sang bos sedang memainkan game teka-teki silang.
Ya ampun. Orang ini tidak bisa ditebak... Batin Dara lagi.
"Sudah benar." Jay Park menyodorkan kertas proposal itu pada Dara.
KAMU SEDANG MEMBACA
IFFY [M]
Romance🔞⛔ Sandara Park - Jay Park Pekerjaan Sandara Park hanyalah mempercayai, meski keraguan seolah menghantam kepalanya bertubi-tubi. rugseyo ©2021