[21] iFFy: MakeUp

74 9 8
                                    

Dara segera lari masuk ke apartment-nya, sesaat setelah turun dari taksi. Sepersekon kemudian setelah ia menutup rapat pintu apartment, gadis itu menangis sejadinya. Tanpa ia sadari, Sanghyun—sang adik—berada di ruang tamu sembari menata beberapa makanan street food yang ia beli untuk sang kakak.

Mendengarkan suara tangisan, Sanghyun segera berhambur menuju pintu depan dan mendapati kakaknya yang perasaannya tengah hancur.

"Noona?" panggilnya lirih.

Menyadari sang adik yang rupanya ada di depannya, Dara segera berusaha menghentikan tangisannya.

"Sa-Sanghyun, apa yang kau lakukan di sini?"

"Mengapa noona menangis, siapa yang telah menyakiti noona?" tanya Sanghyun menghiraukan pertanyaan Dara sebelumnya.

"Tidak... Aku, baik-baik saja." Jawaban itu putus-putus akibat sesenggukan.

Sanghyun ingat kapan terakhir kali melihat sang kakak hancur seperti ini. Kurang lebih 2 tahun yang lalu ketika tunangan sang kakak mencampakan gadis itu.

Apa hal yang sama terjadi lagi? Batin Sanghyun.

Melihat Dara yang berusaha menghentikan tangisnya di depan Sanghyun, pemuda itu ikut merasa sedih.

Ia membantu sang kakak berdiri dan membawanya ke ruang tamu, di mana  ia telah menyiapkan beberapa makanan di sana.

Keduanya duduk di sana, untuk sesaat suasana jadi hening. Sanghyun tak tahu harus mulai dari mana. Sedangkan Dara sepertinya enggan bercerita.

"Padahal aku ke sini karena ingin melihat noona makan dengan lahap. Tapi sepertinya aku datang di momen yang salah," ucap Sanghyun.

Dara masih terdiam, ia menatap kosong ke arah makanan-makanan itu. Entah kenapa ia kehilangan selera makan.

"Katakan siapa yang menyakiti noona! Aku tidak akan membiarkan orang itu hidup tenang," ucap Sanghyun lagi.

"Lupakan saja. Anggap kau tak pernah melihatku menangis seperti tadi," balas Dara.

Seketika Sanghyun ingat. Kakaknya dekat dengan CEO di perusahaannya. Bukankah mungkin saja mereka bertengkar. Memikirkan itu, Sanghyun juga teringat dengan uang yang pernah dipinjamkan pada sang kakak.

"Sepertinya noona harus mengembalikan uangnya." Sanghyun menyodorkan beberapa lembar uang sejumlah dua ratus ribu won—jumlah yang sama seperti saat ia meminjamnya.

"Sanghyun, dari mana kau dapatkan uang ini?"

"Noona pikun ya? Aku kan sudah bekerja  dan uang ini adalah hasil dari jerih payahku. Jadi, tidak usah khawatir."

"Tapi..."

"Aku tidak ingin noona berhutang pada pria brengsek itu."

Deg!

Rasanya sedih mendengarkan kata itu terlontar dari mulut Sanghyun. Tapi Dara juga merasa beruntung karena sang adik kini sudah semakin dewasa.

"Jika noona sudah tidak nyaman bekerja di sana, sebaiknya keluar saja. Sekarang aku yang akan membiayai hidup noona," ucap Sanghyun.

"Terima kasih karna kau sudah semakin dewasa. Tenang saja, aku tidak akan menganggur terlalu lama," balas Dara.

***

Hari berikutnya ketika Dara ingin menemui Jay, ia tak ada di tempat. Sehingga ia hanya bisa bertemu dengan Co-CEO yang menggantikan Jay untuk sementara waktu.

"Park-sajang tidak datang hari ini. Dia bilang dia ingin cuti selama waktu yang belum ditentukan," ucap Kim Soohyuk, si Co-CEO.

"Oh begitu, ya."

IFFY [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang