Gadis itu menghentikan langkahnya ketika mulai menaiki tangga. Ponselnya berdering, kebetulan sekali ia baru saja mengecek kakaotalk-nya dan berniat menghubungi Jay.
Napasnya seolah tercekat, beberapa potret terkirim di chatroom antara dia dan Seonghwa. Gadis itu berbalik mendapati Seonghwa berdiri di tempatnya tadi. Pria itu melontarkan sebuah senyum evil, seolah mengejek keangkuhan Dara.
"Apa maksudnya ini?" tanya Dara, setelah kembali turun dari tangga dan menghampiri Seonghwa.
"Apa pria ini yang kau sebut pacar?" Seonghwa mengarahkan layar ponselnya tepat di depan wajah Dara. Sebuah foto terpampang jelas di sana, menunjukkan seorang pria baru saja keluar dari Bentley-nya, diikuti gadis yang belakangan ini sering muncul di TV.
Dara hanya dapat terdiam. Ia tak mampu mengeluarkan kalimat apapun. Pipinya seolah tertampar oleh realita yang sebenarnya tak ingin ia ketahui.
"Kau pacar Jay Park? Are you serious?" tanya Seonghwa, alisnya terangkat sebelah seolah menyangkal hal yang mungkin akan di'iya'kan oleh gadis di depannya.
"Kau tak perlu tahu!" balas Dara. Gadis itu berbalik, ia ingin mengendalikan emosinya. Percuma berdebat dengan stranger, ia pun tak perlu malu jika disebut 'mencintai seorang diri' karena baginya Seonghwa hanya orang asing yang akan menghilang dari hidupnya setelah ini.
"Aku lebih tahu tentang Jay Park dibanding dengan dirimu. Jadi, siap-siap saja," Seonghwa berujar. Sedangkan gadis yang berlalu dari hadapannya nampak acuh tak acuh.
Ia kembali menaiki tangga dan masuk ke apartment-nya. Sudah mulai malam, ia lelah bekerja seharian. Memenuhi kepala dengan pikiran buruk bukanlah ide yang bagus. Ditambah dengan kekhawatirannya akan kehamilan akibat perbuatannya dengan Jay tempo hari.
Dara mengunci pintu apartment-nya. Malam ini, ia tak mau ada tamu yang datang. Nampaknya ia akan sibuk berdamai dengan hatinya. Tubuh lunglai itu kini semakin lemas. Ia membiarkan pantatnya terduduk di atas lantai dengan punggung yang bersandar tepat pada pintu.
Seolah tak mampu bersabar atau sekedar berjalan sedikit menuju ranjang untuk menempatkan dirinya di alas yang lebih layak.
Gadis itu mulai terisak. Percakapan Hyukwoo dan Minsik pagi tadi mulai mengitari kepalanya.
Benar, mereka menyebut-nyebut nama gadis itu. Bahkan mereka beranggapan bahwa perilaku Jay dan gadis itu sudah layaknya sepasang kekasih.
"Itu yang mereka tampakkan di depan orang. Bagaimana dengan hal yang tidak mereka perlihatkan?" Dara bergumam, memegangi dadanya yang terasa sesak. Lalu, apa gunanya perhatian Jay selama ini? Benarkah setiap kebaikan yang ia lakukan tak benar-benar istimewa? Atau, Dara-lah yang salah menafsirkan kebaikan Jay?
"Apa yang kau pikirkan, Sandara Park?" Ia terisak, tak bisa rasanya ia berjuang sendiri. Sedangkan Jay bahkan berkencan dengan gadis lain.
Bodohnya Dara yang berpikir bahwa pria itu adalah sosok yang polos. Sedangkan dari penampilannya saja, orang bisa menilai bagaimana sifat aslinya.
"Isekki! Shibal...."
Mengumpat rasanya tak cukup bagi Dara. Gadis itu mulai berpikir, mengencani pria Amerika mungkin bukanlah ide yang bagus.
***
Sohee menyodorkan sebuah paper bag pada pria yang setia menunggunya di depan pintu. Baru saja ia diantar pulang dari kantor agensi karena sang manajer tak bisa menjemput sebab kepentingan mendadak.
Sesampainya di apartment pribadinya, Sohee menahan pria itu agar menunggunya——mengambil barang di dalam. Belum lama ini, gadis itu berlibur ke Thailand dan membawa cukup banyak oleh-oleh yang belum habis ia bagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
IFFY [M]
Romance🔞⛔ Sandara Park - Jay Park Pekerjaan Sandara Park hanyalah mempercayai, meski keraguan seolah menghantam kepalanya bertubi-tubi. rugseyo ©2021