Jay menarik Dara, membawanya masuk ke dalam kamar lalu menyuruhnya mengunci pintu. Jari telunjuknya menempel di bibir sambil membisikkan sesuatu.
"Sssttt...." Ia memberi kode.
Sedangkan gedoran dari luar sudah semakin menjadi, diikuti pekikan ancaman dari si pemilik apartment.
"Aku akan paksa masuk!" serunya sembari mengeluarkan kunci cadangan dari kantung bajunya.
Wanita bertubuh tambun itu masuk dan tak mendapati siapapun. Matanya tertuju pada kemeja putih milik Dara yang teronggok di atas lantai. Ia menggeleng-gelengkan kepala seolah siap mengkritik kebiasaan gadis itu.
"Anak itu berantakan sekali," gumamnya.
Ia memeriksa seluruh ruangan dan menyisakan kamar yang pintunya terkunci rapat.
"Dara-ssi, kau di dalam?" tanyanya sembari mengetuk.
Berulang kali wanita itu melakukan hal yang sama tapi nihil hasilnya. Dara tak membuka pintu bahkan hanya suara dengkuran pelan yang dapat ia dengar.
"Apa dia sudah tidur?" tebak wanita tersebut. Ia berpikir keheranan, lantas siapakah yang iseng menutup kamera CCTV-nya malam ini.
Wanita itu sebenarnya sudah tidur, akan tetapi ia terbangun karena suara gaduh yang ditimbulkan oleh kucing liar yang bekeliaran di sekitar apartment. Ia berniat memeriksa CCTV karena belakang ini ada orang yang membuang banyak kucing di wilayah itu. Namun, senjata andalannya itu justru ditutup dengan daun kering yang ditempel menggunakan selotip. Orang terakhir yang ia lihat tertangkap CCTV adalah Dara, itulah mengapa ia ingin melontarkan protes.
Tapi ketika mengetahui Dara yang sudah tidur, sepertinya bukan gadis itu pelakunya. Padahal ia sempat ingin marah, tapi ia berencana untuk meminta maaf keesokan paginya.
Langkah kakinya terdengar menjauh, pintu pun terdengar ditutup kembali. Wanita itu pun masih terdengar menggerutu karena kesal.
Jay melepaskan tangannya yang semula menutup mulut Dara agar tak mengeluarkan sedikit pun suara. Ia bahkan harus mengeluarkan suara dengkuran agar si 'ahjumma' lekas pergi.
"Aku tidak pernah mendengkur," protes Dara diikuti tawa renyah oleh Jay.
"Aktingku bagus 'kan?" godanya. Tak heran jika ia memiliki kelebihan itu. Dia adalah CEO dari perusahaan hiburan.
"Ya, kau yang terbaik," balas Dara.
Mereka saling menatap setelah itu dan suasana kembali hening. Tubuh half-naked Dara yang hanya terbungkus bra dan rok kerja terlihat menggigil. Jay melirik ke ruangan ber-AC itu, kemudian mengatur suhunya agar lebih hangat.
"Kajja," ucap Jay sambil menarik tangan Dara.
"Mau apa?" Gadis itu memiringkan kepala. Sedangkan si pria kini menepuk-nepuk kasur kecil berukuran satu orang dewasa milik Dara.
Gadis itu jadi salah tingkah, sedangkan Jay kini sibuk menata bantal dan menaruhnya bersebelahan.
"I-itu...kita...apa tidak perlu...anu...pengam-"
Jay menguap menampakkan rasa kantuknya yang menjadi.
"Sini...." Ia menepuk-nepuk tempat di sebelahnya. "Kita harus tidur sekarang, besok 'kan harus kerja."
"Ah...iya...benar," jawab Dara. Gadis itu mulai berbaring di samping Jay. Jantungnya berdebar-debar tak karuan, ia tahu ada hal lain yang akan terjadi setelah ini dan ia pikir ia sudah siap.
Tapi, rupanya apa yang ia perkirakan salah besar. Ia melirik pada pria yang berbaring di sampingnya. Matanya sudah terpejam, Jay sudah kalah oleh rasa kantuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
IFFY [M]
Romansa🔞⛔ Sandara Park - Jay Park Pekerjaan Sandara Park hanyalah mempercayai, meski keraguan seolah menghantam kepalanya bertubi-tubi. rugseyo ©2021