Dara tersentak ketika ia tak menemukan dokumen pemeriksaan kehamilan dari Rumah Sakit.
"Pasti tertinggal di mobil Hoody-timjang," gumamnya yang kemudian beranjak dari sofa dan keluar.
Ia berlari sembari menuruni tangga karna harus memburu waktu. Dara harap Hoody masih terdiam di mobilnya dan belum pulang.
Tapi, di tengah jalan langkahnya terhenti mendapati seorang pria juga tengah berlari menaiki tangga. Dara terdiam, ia membeku menatap sosok yang belakangan ini ia rindukan. Senang, sedih, marah, kesal, semua jadi satu ketika melihat wajah itu.
Saat itu juga Dara melihat sebuah map putih di genggaman pria itu. Nampaknya benar Dara telah meninggalkannya di mobil Hoody. Pria itu mungkin bertemu Hoody di jalan lalu ia dengan terpaksa harus mengembalikannya pada Dara.
Ya, mungkin terpaksa, mengingat betapa marahnya pria itu sehingga sangat mustahil ia akan menemui Dara lagi.
Ah, tolol. Bukankah mungkin saja pria itu sudah membuka dokumen pemeriksaan kehamilan di dalam map putih itu? Lalu apa selanjutnya? Sumpah serapah macam apa lagi yang akan Dara dapatkan? Bukankah mungkin saja pria itu mencurigai bahwa anak itu bukan darah dagingnya? Hancur sudah hidup Dara jika itu semua terjadi.
Gadis itu menunduk menghindari kontak mata dengan pria di depannya. Ia memutuskan untuk diam sampai si pria memulai pembicaraan, atau setidaknya akan ada uluran tangan tak berarti yang ditujukan padanya untuk menyerahkan dokumen pribadi itu.
Perlahan pria itu menaiki satu anak tangga lagi, tepat satu pijakan di bawah kaki Dara. Jantung gadis itu semakin berdebar tak karuan, bahkan keringat mulai keluar dari pori-pori kulitnya. Tegang, seperti tengah menghadapi akhir dunia.
Meski begitu, tetap ada skenario baik di dalam kepala Dara. Gadis itu berharap pria di depannya memeluk tubuhnya saat ini juga, kemudian menyampaikan penyesalan atas perbuatannya yang telah lalu.
Sepasang tangan kekar itu mendekap tubuh Dara, pelukan yang ada dalam skenario di kepala Dara benar-benar terjadi meski tak ada sepatah kata pun dari bibir pria itu.
Gadis itu menunggu, mungkin saja ini hanya akan menjadi sebuah pelukan singkat mengingat keduanya berada di luar ruangan. Tapi, beberapa detik telah berlalu. Berkali-kali melakukan hitungan mundur di kepala, tapi pelukan itu belum usai. Dara merasa sesak, sesuatu yang sudah ia tahan sejak tadi kini meluap. Gadis itu mulai terisak. Tangan pria itu menepuk-nepuk pelan punggung Dara, kemudian membelai kepala gadis itu seolah pertanda bahwa ia ingin menenangkan Dara.
"Jangan lari-lari di tangga! Berbahaya," ucapan itu lolos begitu saja dari bibir sang pria
***
Dara akhirnya mempersilahkan Jay untuk mampir ke apartment-nya. Keduanya hanya duduk terdiam di sofa sembari memandangi dokumen pemeriksaan kehamilan di dalam map itu.
Mereka seperti melihat sebuah keajaiban yang luar biasa. Siapa sangka mereka bisa membuat bayi.
"Maafkan aku," ucap Jay sambil meraih tangan Dara dan mengusapnya lembut.
Pria itu menunduk seolah tak berani menatap wajah Dara. Sebenarnya Jay sedang menyembunyikan fakta bahwa air matanya sudah menggenang. Sekali lagi, ia malu menangis di depan Dara. Dasar pria angkuh.
Dara pun seolah tak bisa mengeluarkan suaranya, ia tak mau menangis lagi. Tak ingin terlihat seperti gadis cengeng.
"Maafkan aku karna membiarkanmu menghadapi ini semua sendirian." Perkataan itu sedikit bergetar membuat Dara menyadari bahwa pria di depannya sepertinya juga sedang menahan air mata yang akan jatuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
IFFY [M]
Romance🔞⛔ Sandara Park - Jay Park Pekerjaan Sandara Park hanyalah mempercayai, meski keraguan seolah menghantam kepalanya bertubi-tubi. rugseyo ©2021