[12] iFFy: Dewasa

130 13 23
                                    

Entah mengapa tangisnya lepas begitu saja. Mereka berdua menjadi pusat perhatian di sore itu karena masih ada banyak orang yang berlalu lalang di sana. Sedangkan Sanghyun yang masuk kembali ke warnet tak mengetahui bahwa sang kakak sampai menangis tersedu di dalam pelukan seorang pria.

Pria itu sadar ketika ada semakin banyak orang yang mengawasi mereka. Perlahan ia melepaskan pelukannya dan merengkuh pipi si gadis.

"Hiks... Hiks... Aku... Tidak bisa... Me..maafkannya... Hiks... Dia... Sudah...keterlaluan... Aku sudah berusaha... Tapi... Ini balasannya... Hiks." Gadis itu mengadu seolah yakin bahwa si pria akan berada di pihaknya.

Si pria tersenyum, kedua tangannya masih merengkuh pipi si gadis. Mulutnya seolah siap untuk berucap. Entah motivasi atau kata penenang yang akan meluncur dari sana, si gadis yang masih tersedu bersabar mendengarkan kata manis yang akan keluar dari bibir prianya.

"Mau es krim?"

"Ya?" Gadis itu seolah kehilangan momennya. Bukannya hal yang menenangkan, si pria justru menawarkannya es krim.

Aku tak pernah tahu apa yang ada di dalam pikiranmu, Park-sajang. Batinnya.

***

Mereka berakhir di area parkir mini market. Dibandingkan duduk di tepi Sungai Han, Jay lebih suka duduk di dalam Rolls-Royce Phantom miliknya sambil menikmati es krim. Mungkin agak berlebihan karena membawa salah satu koleksi mobil mahalnya untuk diparkirkan di area parkir mini market. Hanya saja, hari ini Jay ingin mengendarai mobil yang telah beberapa bulan hanya terparkir di garasinya itu.

Dara masih tersedu, tapi ia tak bisa berhenti menggigit es krim magnum rasa coklat miliknya. Mulutnya yang kecil memang membuatnya membutuhkan waktu yang lama untuk menghabiskan es krim sebesar itu. Jika sedang tidak sedih, gadis itu pasti akan sibuk mengagumi supercar yang ia naiki untuk kali pertamanya ini.

"Sangat wajar bertengkar dengan adik. Aku juga sering melakukannya," ucap Jay mengawali pembicaraan.

Dara pun baru tahu fakta bahwa Jay rupanya bukan anak tunggal. "Kau punya adik?" tanya Dara.

"Ya. Selisih usia kami cukup banyak, itulah mengapa kami sering bertengkar. Aku juga pernah bertengkar hebat seperti kau dengan adikmu. Tapi pada akhirnya, kami tetap berbaikan."

Dara menunduk, air mata seolah ingin keluar lagi ketika kembali mengingat pertengkarannya dengan Sanghyun. "Aku tidak akan memaafkannya."

"Jangan bilang begitu." Jay meraih tangan Dara dan menggenggamnya. "Tidak apa-apa kau membencinya hari ini. Tapi kau harus tetap memaafkannya. Kalian adalah saudara kandung. Tidak ada yang bisa mengubah itu semua, sekali pun kemarahanmu. Amarah itu hanya berlangsung sesaat. Aku juga yakin bahwa adikmu pasti menyesal telah bertengkar denganmu."

"Maafkan aku," bisik Dara.

"Untuk apa minta maaf padaku?"

"Aku selalu berpikir bahwa kau bukanlah sosok yang sedewasa ini. Aku lupa fakta bahwa kau adalah seseorang yang mampu memimpin perusahaan di usia semuda ini. Itu artinya kau pasti punya pemikiran yang dewasa. Maafkan aku, karena memandangmu sebelah mata."

Jay tertawa pelan. "Tidak apa-apa. Semua orang juga begitu padaku awalnya."

Dara menggigit bibir bawahnya, ia melirik ke arah Jay yang kembali sibuk menguyah cone es krimnya.

"Sebaiknya aku segera mengantarmu pulang. Kau pasti butuh ketenangan," ucap Jay begitu es krim di tangannya habis.

Dara hanya terdiam dan menurut saja. Ketika mereka sudah setengah jalan, ingin rasanya Dara menuntaskan rasa penasarannya.

IFFY [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang