Ponsel Dara bergetar ketika itu. Gadis yang semula sibuk meratapi nasibnya kini seolah dibangunkan oleh panggilan dari ketua tim marketing.
"Halo, tim-jangnim." Sebisa mungkin gadis bersuara kecil itu menutupi isakannya. Dasar lemah.
"Harry bilang kau mau ke ruanganku, tapi kenapa tidak segera sampai?" tanya Hoody.
Dara mengusap wajahnya dan menghapus air mata. Ia segera bangkit dari closet duduk yang setia menjadi saksi kelemahannya.
"Perutku sakit, jadi aku ke kamar mandi dulu," jawab Dara sembari merapikan penampilannya.
Ia masih mengapit dua buah map di ketiaknya, untung saja kertas-kertas itu tidak ikut basah oleh air mata.
"Aku segera ke sana, tim-jangnim." Gadis itu mulai melangkah keluar. Ia bergegas menuju ruangan Hoody untuk meminta tanda tangan di dokumen yang telah ia buat.
Sesampainya di sana, Hoody langsung menerima dokumen itu dan mulai menanda tanganinya.
"Bagaimana perutmu?" Hoody melirik ke arah Dara.
"Perutku? Perutku baik-baik saja," jawab Dara cepat.
Hoody meletakkan penanya di atas meja, kali ini perhatiannya tertuju pada wajah Dara yang nampak polos.
"Kau bilang kau sakit perut?" tanyanya.
Ah... Iya. Bodoh. Bagaimana Dara bisa lupa soal sakit perut bohongannya.
"A-aduh... Masih sedikit sakit." Lucu ketika ia merubah raut wajahnya secara tiba-tiba sambil memegangi perutnya yang sebenarnya sehat-sehat saja.
"Aish... Alasan. Sekarang berikan dokumen ini pada Park-sajang!" pinta Hoody.
"Aku?"
"Iya, siapa lagi?"
"Tapi, bukankah tim-jangnim yang harusnya memberikan ini pada Park-sajang?"
"Iya, benar. Tapi aku masih sibuk, kau lihat sendiri 'kan?" Hoody melirik ke arah tumpukan berkas di atas mejanya. "Lekas bawa ini pada Park-sajang. Setidaknya sore ini harus selesai karena besok pagi dokumen ini harus sudah diberikan pada pihak direksi."
Dara meraih kembali dokumen yang ia bawa, gadis itu melangkah keluar untuk menemui Jay Park di ruangannya.
Ketika sampai di sana, sekretaris mengatakan bahwa Jay masih berada di ruang meeting. Sehingga Dara memutuskan untuk menitipkan dua buah dokumen yang harus ditanda tangani itu. Untuk sejenak ia bersyukur karena tidak bertemu dengan Jay, tapi siapa tahu mereka justru bersimpangan di lorong.
Pria itu berjalan beriringan dengan Suzy. Dara menghentikan langkahnya seolah membeku melihat pemandangan itu. Lihatlah! mereka berjalan beriringan, sangat serasi. Itulah yang terbesit dalam pikiran Dara.
Gadis itu kembali membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain. Ia merasa bukan apa-apa. Ia merasa tak berharga di hadapan Jay jika dibandingkan dengan Suzy.
Gadis itu membungkukkan badan, layaknya orang rendahan yang menyambut tuannya. Begitu pula Jay yang hanya mengangguk, kemudian berjalan melewati Dara begitu saja.
Memangnya apa yang diharapkan? Pikir Dara. Gadis itu selalu sensitif.
Ia kembali ke ruangannya dan memutuskan untuk tak keluar makan siang. Seperti sebelumnya, Dara memang malas bertemu dengan seseorang yang membuatnya overthinking.
"Noona, ayo makan siang dulu!" ajak Harry sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Kau duluan saja."

KAMU SEDANG MEMBACA
IFFY [M]
Romance🔞⛔ Sandara Park - Jay Park Pekerjaan Sandara Park hanyalah mempercayai, meski keraguan seolah menghantam kepalanya bertubi-tubi. rugseyo ©2021