[25] iFFy: The Problem

48 4 6
                                        

Seonghwa sengaja menemui Dara selepas selesai rekaman di studio. Pria itu berniat untuk memberikan ucapan selamat pada Dara atas kabar baik yang ia peroleh dari Jay sebelumnya.

Ketika Dara baru saja turun dari bus, Seonghwa segera menghadangnya. Meski ekspresi wajah Dara terlihat kurang bersahabat padanya, Seonghwa mencoba untuk tetap bersikap ramah.

"Hai," sapanya.

"Ada perlu apa?" tanya Dara. Gadis itu menghentikan langkahnya.

"Selamat, ya!" Seonghwa mengulurkan tangannya pada Dara. Gadis itu hanya memandang bingung pada Seonghwa dan mencoba menganalisa apa sebenarnya tujuan pria itu.

"Selamat??"

"Aku dengar dari Jay, kalau kalian akan menikah." Cukup getir rasanya hati Seonghwa ketika melontarkan perkataan itu. Tapi ia tetap mencoba untuk tersenyum.

Saat itu Dara tidak tahu harus merespon apa. Hatinya tak karuan betapa senangnya. Benarkah momen itu begitu membuat Jay bangga hingga menceritakannya ke seluruh penjuru kota. Dara senang, ia hanya sering tak percaya diri. Bahkan ia menganggap Jay mungkin saja terpaksa bersama dengannya. Tapi nyatanya tidak. Jay begitu mendambakannya.

Sebuah senyum merekah di wajah Dara. Jantung Seonghwa seperti berhenti saat itu, setelah sekian lama akhirnya ia melihat wajah mungil itu kembali tersenyum padanya. Ya, Seonghwa yakin Dara memang hanya bisa bahagia jika berada di samping Jay, bukan di sampingnya.

Perlahan Dara meraih uluran tangan Seonghwa dan menjabatnya. "Terima kasih, Seonghwa," ucap Dara dengan menampakkan wajah ramahnya.

"Aku iri pada Jay. Tapi aku bersyukur karena akhirnya dia menemukan tambatan hati. Kau tau, dia sudah terlalu lama sendiri. Ku pikir dia sudah tidak berminat dengan perempuan." Seonghwa terkikik.

"Beraninya kau mengejek pacarku," celetuk Dara.

Jabat tangan itu berlangsung singkat, bahkan kalimat basa-basi yang sudah disusun oleh Seonghwa serasa tak berguna. Ia ingin cepat beranjak dari tempatnya saat ini, tak mampu lagi menyembunyikan rasa cemburu yang membakarnya.

"Sekali lagi, selamat ya! Sampai jumpa lagi," ucap Seonghwa sembari memeluk Dara sesaat.

"Terima kasih, ya!" balas Dara.

Perbincangan hangat itu tiba-tiba berubah menjadi suasana yang muram ketika seorang pria datang dan baru saja turun dari mobil yang ia parkirkan tak jauh dari tempat itu.

"Bro, ku anggap kau sudah mati!"

***

"Iya, bu. Kami akan sampai ke Seattle tanggal 20 pagi-pagi sekali." Jay menempelkan ponselnya di telinga, ia sedang menghubungi orang tuanya yang kini menetap di Seattle, Washington Amerika Serikat.

"Suruh Jonathan pulang juga bersama istrinya, jadi kita bisa semakin mendekatkan diri satu sama lain," lanjut Jay yang juga sedang fokus mengemudi ke menuju apartment Dara.

"Sudah dulu ya, bu. Aku sedang mengemudi. Jalanan sudah gelap, ini sudah sangat larut malam," ujar Jay.

"Jangan menelpon sambil mengemudi, itu berbahaya! Kebiasaan," omel sang ibu. Jay hanya tertawa menanggapinya.

"Arra.. Arra... Aku matikan ya, bu."

"Ya. Jaga kesehatanmu, ya. Ibu tidak sabar bertemu dengan calon istrimu."

Mendengar hal tersebut dari sang ibu, Jay merasa sangat senang. Ia tersenyum, ia merasa kebahagiaannya sudah makin lengkap sekarang.

"Um, love you mom!" tutup Jay. Pria itu kemudian meletakkan ponselnya di dashboard mobil, ia menyalakan lampu sen dan hendak berbelok menuju area parkir apartment Dara.

IFFY [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang