[24] iFFy: Why

98 6 3
                                    

Sanghyun melirik ke arah Dara yang duduk di depannya. Benarkah apa yang ia dengarkan barusan? Pria di depannya hanya nampak seperti seorang model random yang disewa untuk dipamerkan ke kalangan teman. Sepertinya bukanlah keputusan bagus jika Dara ingin menipu adiknya sendiri.

"Noona yakin dia bukan seseorang kau sewa?"

Jay tertawa pelan. "Apa wajahku seperti pacar sewaan?" tanyanya, diikuti anggukan ragu-ragu oleh Sanghyun.

"Sanghyun-a, itu tidak sopan!" omel Dara memperingatkan sang adik. Ia merasa tak enak pada Jay.

"Aku bukan pacar sewaan. Aku bersungguh-sungguh akan menikahi kakakmu," ucap Jay.

Tak hanya Dara, Sanghyun pun bedebar-debar. Entah harus mengekspresikan ini dengan cara apa, tapi ia memang setengah tidak percaya.

"Apa kau akan merestui kami?" tanya Jay.

"Tergantung."

"Sanghyun-a!" Dara kembali memprotes, ia tak ingin Sanghyun mengacaukan semuanya.

"Memang apa yang bisa kau berikan untuk Dara-noona?" tanya Sanghyun, ia masih ingin melanjutkan kata-katanya. "Kakakku tidak pernah merasakan hidup enak. Ibu kami meninggal, ayah kami pergi entah ke mana. Sepanjang hidup, Dara-noona hanya memakainya bekerja banting tulang untuk membiayai sekolahku. Bahkan setelah aku lulus, aku masih harus mengikuti kursus agar dapat disalurkan ke tempat kerja yang bagus. Dara-noona berjuang sangat lama, bahkan ia belum sempat menikmati hasil perjuangannya."

"Park Sanghyun, apa yang kau katakan?!" protes Dara.

"Jika kau tak bisa memberikannya apapun, lebih baik berhenti saja di sini. Aku tak akan membiarkan kakakku mengulangi fase yang sama karena menikah dengan pria yang salah," lanjut Sanghyun tanpa menggubris protes dari sang kakak.

Saat itu Dara merasa dongkol, ingin rasanya ia memukul Sanghyun saat itu, tapi sikap Jay seolah menahannya.

"Aku yakin aku bukan pria yang salah," jawab Jay.

"Benarkah?"

"Tentu saja. Mungkin kau memandangku sebelah mata karena penampilanku yang seperti ini. Mungkin juga aku terlihat seperti kebanyakan pria yang memburu gadis-gadis di aplikasi kencan. Aku tak akan menyalahkan soal persepsimu. Tapi percayalah, aku bukan orang seperti itu. Aku tak mendirikan AOMG hanya untuk mendapat pengakuan bahwa aku adalah orang yang sukses, aku hanya melakukannya untuk membuat lingkungan kerja yang lebih bisa memanusiakan artis."

"Tu-tunggu...jadi kau...."

"Ya. Jay Park. Pendiri sekaligus CEO perusahaan AOMG tempatku bekerja," sahut Dara dengan raut sebal yang terukir jelas di wajahnya.

"MAAFKAN SAYA!" Sanghyun berdiri dan membungkukkan badan di hadapan Jay.

Jay tertawa dengan reaksi lucu itu. Ia tak pernah marah pada orang-orang yang sering memandangnya sebelah mata.

"YAA...Tidak apa-apa. Kakakmu bahkan pernah mengiraku supir Uber," jawab Jay.

"Jinja?" Sanghyun melirik ke arah Dara. "Dia memang tidak tahu diri," lanjutnya.

"Aigoo...kau bahkan mengiranya sebagai pacar sewaan. Kau juga tidak tahu diri," ujar Dara.

Sanghyun terkekeh, ia menunduk sesekali menggaruk tengkuknya. Tak enak dengan kelancangan sebelumnya pada Jay.

"Jinja mianhaeyo, Park-sajang," ucap Sanghyun sekali lagi.

"Tidak apa-apa," jawab Jay sambil menepuk-nepuk pundak Sanghyun.

***

Jay tak henti-henti memandangi jemari Dara. Sebuah cincin indah dengan batu pertama melingkar sempurnya di jari manisnya, membuat Jay merasa puas karena ia telah membeli cincin yang cocok. Benda itu adalah tanda bahwa Dara telah menjadi miliknya, Jay tak akan membiarkan siapapun mendekati Dara atau bahkan hanya memimpikan gadis itu.

IFFY [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang