[6] iFFy: Kencan?

117 14 17
                                    

Mendengar pertanyaan Jay, Dara hanya dapat terdiam. Apa yang didengar oleh telinganya sepertinya salah.

"Kau punya jaket atau baju oversize?" tanya Jay Park lagi.

"Sepertinya tidak akan jadi oversize jika Park-sajang yang memakai."

Jay Park kini mulai membandingkan besar tubuhnya dan tubuh Dara.

"Benar. Kau sangat kecil," ucapnya membenarkan. Pria itu kemudian meraih jaket yang ada di sofa milik Dara. Kemudian ia menggunakannya di kepala layaknya kerudung.

"Begini saja bagaimana?" tanya Jay yang langsung saja disambut tawa oleh Dara.

"Aigoo... Aigoo... Apa aku terlihat seperti pelawak?" protes Jay. Sungguh, ini bukanlah waktu untuk tertawa. Mereka harus memikirkan cara untuk keluar.

"Ah... Maaf, Park-sajang. Ya, begitu tidak apa-apa. Aku akan telfon ahjumma untuk membukakan pintu setelah kita selesai mandi dan bersiap," ucap Dara.

"Ma-mandi?" Jay memiringkan kepala. Entah mengapa tiba-tiba pipinya memanas, bahkan pria itu mulai memainkan jemarinya secara aneh.

"Tenang saja, Park-sajang. Meskipun wanita, mandiku tidak lama. Kita bisa bergantian secepatnya." Dara menyambar handuk yang ada di gantungan sebelah kamar mandi dan masuk.

"O-okay... Bergantian," gumam Jay sambil menghembuskan napas panjang.

Tak berapa lama setelah keduanya selesai mandi, pemilik apartment datang dan membukakan pintu. Sedangkan Jay kini bersembunyi di kamar mandi.

"Aigoo... Dara-ssi, lain kali jangan sembrono. Kalau saja aku tak memeriksa tempatmu, bisa saja ada perampok yang masuk," omelnya.

"Terima kasih, ahjumma." Dara hanya menjawabnya dengan kalimat itu.

Wanita bertubuh tambun di depannya kini melongok ke dalam kamar dan menengok ke tempat itu, tapi tak ada siapapun.

"Apa kau bersama temanmu? Ada mobil bagus yang parkir di depan sini sejak tadi malam."

"Tidak, ahjumma. Saya hanya sendirian di sini," jawab Dara. Wajahnya kini tegang, bahkan keringat mulai meluncur dari pelipisnya.

"Aish... Kurang ajar sekali orang yang parkir liar di sana. Aku akan menghubungi polisi jika mobil itu tidak segera enyah." Wanita itu kemudian berbalik dan hendak keluar. Saat itu Dara menghembuskan napas lega.

Untung sudah berakhir, batin Dara.

Tapi rupanya wanita itu kembali.

"A-ada apa lagi, ahjumma?" tanya Dara.

"Sebaiknya kau tidak usah berangkat kerja. Wajahmu sangat pucat, kau harus beristirahat!" pintanya.

"Terima kasih atas perhatian anda," jawab Dara.

"Aish... Anak itu, mau bekerja siang malam seumur hidup pun juga tidak akan kaya," gumamnya sambil berjalan pergi.

Memastikan situasi aman, Jay pun keluar dari kamar mandi.

"Dia sudah pergi, ya? Sekarang giliran kita. Kajja," ajak Jay sambil tiba-tiba menggandeng tangan Dara.

Untuk sesaat, Dara merasa waktu berhenti. Jantungnya berdebar kencang, bahkan tangannya mulai berkeringat. Jay berulang kali melakukan hal yang mengejutkan bagi Dara. Gadis itu diam-diam menunduk karena tersipu.

Keduanya berlari menuruni tangga dan memastikan tak ada yang melihat. Tak lupa, Jay pun menggunakan jaket Dara sebagai kerudung di kepala untuk menyamarkan identitasnya. Secepat kilat, mereka masuk ke mobil dan mengatur napas mereka yang terengah. Jay kemudian melepaskan jaket Dara yang semula ia gunakan sebagai kerudung dan melemparnya ke bangku belakang.

IFFY [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang