16. MEMORY CAFE

2.2K 250 93
                                    

Wajah Ara berubah merah merona, saking malunya Ara mengunci rumah pohon milik Dermaga dari dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wajah Ara berubah merah merona, saking malunya Ara mengunci rumah pohon milik Dermaga dari dalam."Ra bukain!" teriak Dermaga dari luar.

Ara tak menjawab, baru kali ini Ara mencium seseorang bahkan itu bukan keluarganya. "Raa!" panggil Dermaga lagi.

Ara tetap tak menjawab, Ara duduk dibalik pintu menundukan wajahnya dikejar pahanya yang Ada dekap. Tak lama suara Dermaga tak lagi terdengar membuat Ara benar benar panik.

"Aga?" panggil Ara pelan.

"Apa?!" jawab Dermaga yang membuat Ara terkejut.

Tiba tiba sama wajah Dermaga tepat berada didepan wajah Ara, siapa juga yang tidak terkejut melihatnya. "Suruh buka pintu malah duduk santai disini!" dengus Dermaga.

"Kenapa nggak mau buka?" tanya Dermaga lagi.

Ara tak menjawab. Hanya diam memandang ke sembarang arah, "Kalau gue nanya itu dijawab jangan bengong aja Ra," ucap Dermaga.

"Ayo pulang," ajak Ara.

Dermaga mengeyitkan alis matanya, bingung dengan tingkah laku Ara. Kenapa dia tiba tiba mengajak pulang? "Masih siang Ra," Aga berusaha mencegah agar Ara tak pulang.

"Ara mau pulang Agaa," rengek Ara.

Apa boleh buat, dengan berat hati Dermaga mengantar Ara untuk pulang. Dermaga meraih tangan Ara yang mungil itu untuk segera berdiri.

Dengan wajah gundah, Dermaga berjalan seakan tak ada semangat semangatnya. "Ayo Agaa!" panggil Ara yang sudah jauh didepan.

"Masih jam tiga sore Ra, pulang nanti aja lah," bujuk Dermaga.

"Ara mau pulang Ga,"

"Hmm," dengus Dermaga mempercepat langkah kakinya.

Ara yang melihat hal itu merasa sedikit bersalah, Raut wajah Ara tak bisa berbohong. Tiba-tiba Ara menghentikan langkahnya yang tentu saja membuat Dermaga heran.

Dermaga membalikan badannya, "Ngapain berhenti Ra?" heran Dermaga.

Dermaga perlahan melangkahkan kakinya mendekat kearah Ara. "Kenapa lo berhenti? Katanya mau pulang?" tanya Dermaga.

"Aga marah sama Ara?"

Dermaga mengenyitkan keningnya. Bagaimana bisa gadis ini mengira dirinya marah. Dermaga tertawa kecil mendengar pertanyaan tersebut.

Dermaga mendekatkan wajahnya, dan memasang komuk aneh. "Liat kayak gini lo bilang marah?" tanya Dermaga.

"Serius Agaa!" dengus Ara.

"Kurang serius apa? Gue gak marah Ra," Terang Dermaga tertawa kecil.

"Ngapain juga gue marah?!"

"Ya udah kalau gitu," jawab singkat Ara.

DERMAGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang