24. MELIHAT SENJA

2.1K 208 66
                                    

Cahaya matahari siang ini tak terlalu terik, banyak awan yang berlarian kesana kemari menemani sang mentari melakukan tugasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cahaya matahari siang ini tak terlalu terik, banyak awan yang berlarian kesana kemari menemani sang mentari melakukan tugasnya.

Dermaga tengah mendayung perahunya agar sampai ke tepian danau. Pohon besar diseberang menjadi jadi tujuan mereka selanjutnya.

"Aga emangnya gak lelah ya?" Tanya Ara yang melihat Dermaga terus mendayung perahu yang mereka tumpangi.

"Ya capek lah," jawab Dermaga seadanya.

"Ya udah sini dayungnya biar Ara bantu!" seru Ara yang tak tega pacarnya kelelahan.

Dermaga menolaknya, "Nggak usah!" seru Dermaga. "Kamu baru saja sembuh juga, biar aku aja." tambahnya.

Ara terdiam dan wajahnya berpaling dari Dermaga. Bibirnya perlahan mengerucut tanda kalau Ara sedang marah pada Dermaga. "Nih kalau gitu," pasrah Dermaga.

Kini tangan Ara memegang dayung tua tersebut. Senyuman manis ternyata masih ada untuk Dermaga. "Nah gini kan Ara bisa bantuin," ucap Ara melebarkan senyumanya.

"Pelan pelan aja," tambah Dermaga. "aku dayung sebelah kiri kamu kanan," tunjuk Dermaga memberi arahan kepada pacarnya tersebut.

"Siap kapten!"

"Eh, Aga eskul basket kenapa jarang latihan sih?" Tanya Ara yang baru teringat jika dirinya masih ikut eskul yang diketuai oleh pacarnya itu.

Dermaga mengalihkan pandangannya, "Club basket bentar lagi Ada turnamen, jadi hanya anggota inti yang latihan." jelas Dermaga.

"Kamu ikut?" tanya gadis yang masih mengayunkan dayung perahu itu.

Dermaga mengangguk, dia adalah kaptennya nggak mungkin jika dia tidak ikut. "Gue ikut, tapi masih lama sekitar tiga mingguan lagi," terang Dermaga.

Akhirnya perahu mereka sampai ke tepian danau. Laki laki berpostur tubuh tegap itu mengulurkan tangannya untuk sang pacar. "Hati-hati nanti jatuh," peringatnya.

"Iya Agaa," balas Ara yang tangannya menggenggam erat tangan Dermaga.

"Mau kemana kita?"

"Aga nggak laper apa?" tanya Ara yang melihat jam ditangannya sudah menunjukkan pukul dua siang.

Dermaga mengangguk dan menarik tangan Ara yang masih dalam gemnggamannya. "pelan pelan Aga!" seru Ara.

Dermaga tersenyum tipis mendengarnya. "Kenapa emangnya?" tanya Dermaga. "Aga pikir aja sendiri!" seru Ara rada kesal.

Dermaga tambah bingung dengan kelakuan cewek satu ini. "Aku nggak tahu alasannya apa makanya tanya," tambanya.

Ara menunjuk ke arah kakinya yang pendek, tentu saja hal itu yang membuat jalannya tak secepat Dermaga. "Kaki Area tak sepanjang punya Aga, jadi Aga tahu kan harus gimana?" tanya Ara supaya pacarnya bisa lebih peka.

DERMAGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang