Mungkin pagi ini hari sial untuk mereka berdua, sudah kesakitan karena babak belur ditambah hukuman dibawah panasnya sinar matahari.
"Apa lo liat liat?" geram Dermaga yang tangannya dengan posisi hormat kepada bendera didepannya.
"Siapa yang liat liat?" timpal Dhito yang juga melakukan hukuman yang diberikan Pak Bandi.
Dermaga tampaknya masih kesal dengan Dhito, "Lo yang mulai kenapa gue juga ikut dihukum anjir!" decak Dermaga tak terima.
Dhito tak menjawab, dia hanya fokus ke bendera yang dia hormati hingga bel istirahat. "Gue tanya bego! Malah dikacangin!" tambah Dermaga.
"Jangan sok asik! Gue masih marah sama lo!" ketus Dhito.
"Ya udah ayo selesaiin sekarang!" umpat Dermaga yang sangat kesal dengan kelakuan Dhito kepadanya.
Dermaga menatap Dhito bengis, begitupuj sebaliknya. "Gue gak takut dengan pecundang yang buat cewe jadi bahan taruhan!" seru Dhito.
"Bangsat!" gumam Dermaga.
"Apa?! Ayo lanjutin!" Dhito mengambil posisi ingin menyerang.
PRIITTT!!!
Peluit Pak Bandi terdengar dari pinggir lapangan, sepertinya dia dari tadi memperhatikan tingkah laku mereka berdua. "Kalian!" kesal Pak Bandi.
Serentak Dhito dan Dermaga menunduk dan kembali hormat kepada bendera, "Udah dihukum masih aja berantem! Masalah kalian apa sebenarnya?!" tanya Pak Bandi.
"Dermaga—" ucap Dhito terpotong.
"Saya pinjem pensil dia belum saya kembaliin pak," jawab asal mereka.
Pak Bandi menepuk jidatnya sendiri, "Pensil? Gara gara pensil kalian berantem sampai babak belur kaya gini?" tanya Pak Bandi.
Dhito sedikit terkejut, bisa bisanya Dermaga berbohong dengan alasan yang tak masuk akal. Pak Bandi juga sepertinya percaya dengan ucapan Dermaga.
"Dermaga cepet balikan pensil dia!" suruh Pak Bandi.
Dermaga merogoh kantong kirinya, dan menemukan satu pensil yang biasanya Dermaga buat untuk gambar. "Cepat minta maaf," suruh Pak Bandi lagi.
"Cepet!" seru Pak Bandi.
Dermaga mengulukan tangannya berat, dan bibirnya terasa sangat sulit untuk mengatakan kata maaf, "Maafin gue," ucap Dermaga.
Dhito menerima maaf tersebut, dan akhirnya mereka disuruh bubar oleh Pak Bandi, "Jangan berantem lagi! Kalau saya lihat kalian berantem, awas!" ancam Pak Bandi.
"Sana balik kekelas,"
Dermaga dan Dhito Serempak melangkahkan kakinya meninggalkan tempat panas itu, "Sini pensil gue!" seru Dermaga meminta pensilnya kermbali.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERMAGA [END]
Teen Fiction- Tempat Berlabuhnya Wanita Wanita Cantik - Dermaga Abimana anak kepala sekolah sekaligus kapten basket di SMA Angkasa. Sedangkan ada anak kelas sepuluh bernama Kiara yang menaruh hati kepada Dermaga dan menantang dirinya untuk mendapatkan hati Der...