47. BESOK?

1.2K 78 21
                                    

Hari sudah semakin sore, matahari sudah tidak terlihat karena awan hitam menutupinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari sudah semakin sore, matahari sudah tidak terlihat karena awan hitam menutupinya. Gadis yang duduk bersandar dibrankar itu menatap Dermaga sayu.

Ara mengela nafas pelan, "Kamu beneran nggak mau pulang dulu?" tanya Ara untuk ke lima belas kalinya.

Dermaga masih kekeh dengan jawaban awalnya. "Enggak, mungkin nanti malam. Udah kamu tenang aja." Ucap Dermaga.

Ara menggeleng, "Kamu enggak kasian sama Papa? Atau oma? Karena enggak pulang?" tanya Ara lagi.

"Enggak." Dermaga mengehela nafas kasar. "Oma? Dia sudah aku kabarin dari kemarin." terang Dermaga.

Ara menggangguk, tak lama kemudian atensinya berubah. Suara bising dari luar menarik perhatian Ara, begitupun Dermaga. Cowok itu menoleh kebelakang tepatnya ke arah pintu masuk.

"Swssklswskkswwkk!" terdengar samar suara saling saut dari belakang pintu itu.

Detik itu juga, handle pintu itu bergerak dan menampakan empat orang yang masih mengenakan seragam sekolah. Dengan beberapa buah tangan yang mereka bawa.

"Araaa!" seru Bintang keras. Melihat sahabatnya sudah bisa duduk diatas brankar, Bintang tampak begitu senang.

"Jangan keras keras, cantik!" seru Niko memukul pelan belakang kepala Bintang.

Bintang tidak menghiraukan ucapan Niko itu, dirinya lebih fokus dengan sahabatnya yang duduk bersandar diatas brangkar. "Araaa," Bintang mendekat lalu memeluk gadis itu erat.

"Bintangg," seru Ara membalas pelukan Bintang.

Perlahan cewek itu melepaskan pelukannya lalu duduk disamping Ara. "Lo udah sembuh, Ra?" tanya Bintang. Ara mengangguk, senyum manisnya terukir tipis. "udah baikan." tambahnya.

Atlanta mendekat dan menepuk pundak Dermaga. "Lo bolos, Ga?" tanya Atlanta heran. Dermaga menoleh ke sumber suara lalu mengangguk samar.  "Hmm," dehemnya.

"Kenapa nggak ajak-ajak tadi!" seru Niko saat mendengar Dermaga bolos sekolah.

Dermaga terkekeh, badannya berbalik menatap temannya itu. "Ngapain ngajakin lo? Emang lo siapa, njir?" Jawab Dermaga yang sontak membuat Megan tertawa tanpa henti.

"Emang lo siapa?" ucap Megan menegaskan kembali. Kedua cowok itu bertatapan dengan raut wajah kemenangan lalu dengan kompak mereka ber high five.

Mendengar hal itu, Niko hanya meringis menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Ah, Apaan punya temen kek anjing semua kek gini," ucap Niko keras.

Tapi setelah mengucapkan hal itu, detik itu juga tangannya menutup mulutnya sendiri. "Mmm, maaf tante kelepasan." ucap Niko tidak enak.

Kirana yang mendengar itu hanya menggelengkan kepala, wanita itu tidak mempermasalahkan ucapan Niko, malah dia yang membuat Kirana terkekeh tipis.

"Oh iya, Ra ini gue bawain buah buat lo." Niko mendekat, melewati Dermaga yang duduk didepannya. "Dimakan ya," tambahnya.

DERMAGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang