20

177 33 4
                                    

‼️ 1K WORDS ‼️



lagi lagi meisha terduduk didepan meja belajarnya dengan secangkir energen vanila yang asapnya terlihat masih mengepul.

meja belajar dan energi vanila sudah seperti saksi bisu segala kegundahan yang dirasakan oleh gadis itu.

sembari menyeruput minuman hangatnya, ingatan mei kembali ke beberapa jam sebelumnya. saat ia berlari keluar dari gerai gramedia tanpa menghiraukan teriakan aska di belakang sana.

"gue bisa gila."


mei mengacak rambutnya.


"gue bahkan ninggalin aska tadi, gue pasti keliatan freak banget... tapi gue takut banget tadi. gue harus apa astaga.."


ketika sedang asik mengacak rambutnya sambil sesekali menampar pipinya sendiri, suara ketukan terdengar dari arah pintu kamarnya.

diikuti dengan suara super menenangkan yang sudah mei hafal diluar kepala.

ah, juga rasa pusing yang mulai terasa di kepala meisha.


"mei? sayang ini aku."

tok tok

"mei kamu didalam kan? kamu gapapa kan? mei kalo kamu denger suara aku tolong buka pintunya ya sayang.. aku takut kamu kenapa napa."


'gak mei, jangan buka pintunya' -otak
'buka mei. dia cowo lo, buat apa takut sama cowo lo sendiri?' -hati

sekarang otak dan hatinya malah berdebat. sungguh, mei sangat pusing. sakit di kepalanya karena keberadaan aska semakin menggila. kenapa makin hari rasanya semakin sakit?


tok tok

"sayang?"


mei pun berdiri, hendak membuka pintu untuk kekasihnya. namun karena kepala nya terasa semakin sakit dan berputar, mei terjatuh ke lantai dengan tangan yang tidak sengaja menyenggol cangkir panas itu.

dan sialnya minuman panas itu tumpah tepat di bagian dada atas meisha yang tidak tertutup kain.


"AKHHH."


mendengar suara jatuh dan teriakan dari gadisnya, membuat ketukan di pintu itu semakin kencang.


"mei? sayang kamu kenapa??? buka pintunya meisha!"

"aska.."

"iya mei? ini aku tolong buka pintunya.."

"ka... sakit."

"mei kamu jauh jauh dari pintu! aku mau dobrak!"


brak

brak

brak


pintu terbuka, menampakan wajah terkejut aska begitu melihat meisha terbaring dilantai dengan cangkir yang pecah di sampingnya.


"astaga meisha.."


aska segera berlari menghampiri mei. menggendong kekasihnya dan membaringkannya di atas ranjang.

menyadari hadirnya aska di sampingnya, mei pun meraih sebelah tangan aska untuk ia genggam.

dan rasa sakit di kepalanya hilang begitu saja.


"sebentar ya aku beresin pecahan kaca nya dulu."


aska berdiri hendak merapikan pecahan cangkir mei yang berserakan. namun mei menahannya.


unreal || Hamada Asahi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang