||11|| LIP

2.7K 236 22
                                    


Happy Reading and Be Happy
Semoga Suka

Hubungan Daniel dan Femila kian hari semakin dekat. Bahkan, keduanya sudah bertukar kontak dan sering kali mengirim pesan. Hingga Daniel pun sudah berencana mengajak Femila ke acara pembukaan restoran malam ini. Gadis itu bersedia, dan minta dijemput sekalian meminta izin langsung ke bunda Femila.

Memakai kemeja biru dongker, dengan jeans serta sepatu putih yang berlogo centang. Daniel siap untuk menjemput Femila sekarang.

Tiba di rumah gadis itu, Daniel disambut Felly yang tersenyum hangat. Keduanya beriringan ke ruang keluarga sambil menunggu Femila yang sedang bersiap.

"Kamu kuliah sambil kerja, ya? Tante tahu dari Femila yang bercerita," ucap Felly meniti wajah Daniel yang menurutnya begitu mirip seseorang.

"Iya, Tante."

"Em ... kamu memang menetap di Jakarta, ya?"

"Aku baru beberapa bulan di sini, Tante," jawab Daniel sopan.

"Oh ya? Terus selama ini kamu tinggal di mana?"

"Aku lahir dan besar di London."

Felly terkejut. Sebelum kembali mengubah raut wajahnya ke semula.

"Orang tua kamu?"

"Orang tua saya ...."

"Bunda!"

Femila datang membuat pembicaraan Daniel dan Felly terhenti. Gadis itu tampil cantik dan sederhana dengan gaun peach brokat hingga selutut. Rambut hitam panjangnya tergerai indah, dengan hiasan mutiara bagian kanannya.

"Cantik," gumam Daniel terkesima.

"Kamu sudah siap?" tanya Felly.

"Sudah, Bun. Aku mau pamit sama Ayah dulu."

Langkah Femila berderap menuju kamar Abi. Dibukanya pintu cokelat itu, dan menemukan Abi yang sedang menonton Tv.

"Ayah," panggil Felly pelan.

Abi melirik Femila. Memaku pandang pada wajah putrinya yang tampil beda malam ini.

"Aku ... em ... mau minta izin buat datang ke acara pembukaan restoran milik mama temanku. Apa boleh?"

"Siapa yang antar?"

"Temanku yang datang menjemput."

"Teman?"

Femila mengangguk cepat. "Iya, Ayah. Temanku yang sa---"

"Di gerbang itu?"

Femila mengangguk kaku.

"Kalau dia seorang lelaki, harusnya menunjukkan keberaniannya. Jika ingin mengantar dan menjemputmu harus langsung ke rumah. Bukan berdiri di depan gerbang seperti itu. Sama sekali tidak mencerminkan sikap yang berani."

Femila hanya diam. Dalam hatinya, rasa senang dan haru menjalar. Ucapan Abi yang kali pertama panjang lebar seperti itu, merupakan sebuah nasihat. Walaupun harus tersampaikan dengan wajah datar dan terlihat tak acuh. Namun, tetap saja Femila merasa senang.

Love Is Pain (Sekuel Hopeless)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang