Happy Reading and Be Happy
Semoga SukaRica duduk di hadapan Aldi yang datang mengunjunginya. Sebenarnya, wanita yang sedang berduka itu masih enggan untuk menemui siapa pun. Hanya saja, dia merasa tak enak untuk menolak ajakan pertemuan Aldi.
Di teras belakang rumah, keduanya duduk berhadapan ditemani dua cangkir teh hangat.
"Bagaimana kabarmu? Aku harap kamu sudah lebih baik." Aldi membuka percakapan.
"Tidak ada yang baik-baik saja setelah kehilangan orang yang paling kita sayang," jawab Rica tersenyum getir.
Aldi mengangguk paham. "Itu benar. Hanya saja tidak baik jika terlarut lebih lama dalam kesedihan seperti sekarang, Rica. Kamu tidak sendiri karena punya Daniel, aku, dan yang lainnya."
Helaan napas berat terdengar dari Rica. "Aku tahu itu. Hanya saja kamu tahu jika Papa itu ...." Rica tak bisa berbicara lanjut. Air matanya luruh begitu saja. Hingga detik ini, dia belum sanggup untuk kehilangan Ferdinan sama sekali.
Aldi membawa Rica ke pelukan. Diusapnya punggung wanita yang dicintainya itu. Dia tahu bagaimana rasa cinta dan hormatnya wanita itu kepada Ferdinan. Cerita pengorbanan pria tua itu untuk kebahagiaan Rica begitu besar. Aldi sendiri menjadi saksi bagaimana perhatian Ferdinan kepada Rica saat di London kala itu.
"Sebaiknya sekarang kamu siap. Aku ingin mengajakmu jalan untuk sekadar refreshing. Kamu butuh waktu untuk menghibur diri sendiri, Rica," bujuk Aldi.
Rica terdiam sesaat. Benar juga saran dari Aldi. Dia membutuhkan waktu untuk menghibur dirinya. Tidak mungkin jika dia selamanya akan terpuruk seperti ini terus. Ada keluarganya serta Daniel yang harus dipikirkan saat ini.
"Baiklah. Hanya saja kita akan ke mana? Aku tidak punya tempat yang ingin dikunjungi saat ini," jawab Rica.
Aldi tersenyum. "Aku ingin mengajakmu bertemu seseorang."
Rica menaikkan alisnya. "Siapa? Kamu membuatku penasaran saja."
"Ada saja. Sebaiknya, kamu segera bersiap, takutnya kita pulang kemalaman."
Rica mengangguk, dan menuju ke kamarnya untuk bersiap.
Aldi membawa Rica ke sebuah restoran Jepang untuk dinner bersama. Selain itu, dia juga ingin mempertemukan Rica dan mengenalkan wanita itu kepada teman dekatnya.
Keduanya sudah duduk berhadapan sambil menunggu pesanan. Walaupun wajah Rica masih terlihat tak bersemangat, setidaknya wanita itu lebih banyak tersenyum hari ini.
"Kita tungguin temanku dulu, ya, sama istrinya. Dia lagi dalam perjalanan sekarang," ucap Aldi tiba-tiba.
"Dia punya istri? Berarti kita ngedate?"
Aldi mengangguk. "Nah, itu mereka." Pria berkemeja cokelat itu mengarahkan tangannya ke arah pintu masuk. Rica yang duduk membelakangi pintu pun berbalik. Betapa terkejutnya saat melihat kedatangan Rio dan Sintia. Dia tidak menyangka jika teman yang dimaksud Aldi adalah mantan kekasihnya sekaligus mantan kakak iparnya.
"Kalian sudah lama?" tanya Rio yang melempar senyum. Di sampingnya ada Sintia yang menatap penuh arti kepada Rica.
"Tidak juga. Ayo silahkan duduk."
Posisi duduk keempatnya saling berhadapan setelah Aldi berpindah di samping Rica. Wanita itu dibalut kebungkaman, terlebih dia masih terkejut dengan kedatangan Rio dan Sintia.
"Kami berdua belum memesan makanan, karena masih menunggu kalian. Jadi, apa sebaiknya kita segera memesannya?" tanya Aldi diangguki yang lainnya.
"Hai, Rica apa kabar?" tanya Sintia lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Pain (Sekuel Hopeless)
ChickLitSTORY 7 ~Kita dipertemukan untuk saling jatuh cinta, tetapi takdir menggariskan masa lalu yang ada tak bisa membuat kita menyatu~ 'Love Is Pain' Cover : pinterest Maumere, 30 Agustus 2021