||8|| LIP

2.8K 205 39
                                    


Happy reading and be happy
Semoga Suka

Felly berjalan mondar-mandir di ruang kerja, bengkel milik Abi. Wajah wanita itu cukup gugup. Sebentar lagi, dirinya akan kedatangan tamu yang sudah lama tak berjumpa. Helaan napas terdengar. Rasa ragu itu kian merebak dalam hati. Bagaimana nantinya, dia akan bersikap saat bertemu Yanti.

Suara pintu diketuk, menarik atensi Felly. Berusaha santai, wanita itu membuka pintu. Untuk sesaat, Felly bergeming. Begitu pula dengan wanita kurus di depannya.

"Felly."

Suara parau Yanti menarik atensi Felly. Wanita itu menyuruh sang kakak untuk masuk ke ruangannya. Keduanya duduk berhadapan di sofa yang berbatasan dengan sebuah meja.

Felly begitu saksama memandang Yanti. Banyak perubahan yang sungguh terlihat jelas dari kakaknya itu. Yanti terlihat begitu kurus dan seolah tak memiliki gairah hidup. Lalu, wajahnya seperti tak terawat dan cukup kusam.

"Apa kabar kamu?" tanya Yanti pelan. Dia begitu rindu dengan adiknya itu. Ingin sekali memeluk, tetapi rasanya dia punya malu untuk melakukan hal itu. Apalagi mengingat perbuatannya di masa lalu, tak semudah untuk dilupakan begitu saja.

"Baik."

"Em ... apa kamu marah mbak ngajak untuk bertemu?"

"Selama ini, Mbak tinggal di mana?" Felly balik bertanya. Rasa penasaran lebih besar dibandingkan rasa kecewanya. Dia hanya ingin tahu bagaimana kehidupan Yanti setelah semuanya sudah terjadi.

Yanti tersenyum getir. Kehidupannya sejak permasalahan masa lalu mereka, sangat berbeda. Diusir dan tak dianggap keluarganya, sungguh membuat hatinya begitu terluka. Ditambah hubungan asmara harus kandas di tengah jalan, karena perbuatannya sendiri.

Wanita itu memilih pergi dari ibukota. Menenangkan dirinya ke Sumba. Sebuah daerah di Nusa Tenggara Timur yang terkenal dengan sebutan Surga Wisata. Memilih membuka home care di sana, dan memulai kehidupannya. Berbekal gajinya selama ini, wanita itu mulai bangkit. Berusaha untuk tegar dan menganggap semua yang terjadi adalah karma dari perbuatannya. Hingga saat ini, Yanti belum menikah. Tidak ada waktu memikirkan rumah tangga jika hubungan keluarganya berantakan tak bersisa.

"Mbak baru kembali ke Jakarta sebulan lalu, dan menetap di apartement." Yanti menunduk sebelum kembali berbicara.

"Maaf jika Mbak meminta kontak kamu dari pegawai bengkel. Mbak sudah merindukan kamu, Felly termasuk anak yang kamu kandung saat itu. Mungkin sekarang dia sudah tumbuh besar." Yanti menitikkan air mata.

"Dia sudah tumbuh besar sekarang," jawab Felly datar.

Yanti bergumam. "Lalu hubungan kamu sama Abi?"

"Hubungan keluarga kami baik-baik saja." Felly memilih berbohong, tidak ingin membagi kisah hidupnya kepada Yanti. Semua yang terjadi akibat ulah kakaknya itu, dan rasanya dia tidak ingin Yanti tahu. Bahkan, kembali ikut campur dalam urusan keluarganya.

Yanti pastinya tidak percaya begitu saja. Namun, wanita itu tidak ingin memaksa Felly bercerita. Dia sadar diri dengan perbuatan masa lalunya, tentu tidak membuat Felly akan percaya begitu saja kepadanya.

"Felly, apa mbak boleh bertemu anak kamu?"

*****

Rica melambaikan tangan saat melihat mobil Aldi menjauh dari pandangan. Wanita itu berada di restoranya, yang beberapa hari lagi akan opening. Aldi sempat mampir untuk sekadar melihat bangunan itu, lalu kembali pulang karena ada operasi siang itu.

Love Is Pain (Sekuel Hopeless)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang