||34|| LIP

5.8K 205 14
                                    


Aku baru bisa menyapa setelah hampir sebulan lebih menghilang karena urusan kuliah dan kursus.
Helo, guys😅
Bagaimana kabar kalian semua, baik-baik aja 'kan?
Udah pada nungguin ending dari cerita ini? Silahkan dibaca, yak!!!

Abi baru tahu jika putrinya masuk rumah sakit. Untuk itu ditemani Rio, Abi mengunjungi Femila saat ini. Banyak hal yang ingin dibahas, termasuk perihal hubungan terlarang dua anaknya itu.

Pria itu bisa melihat jika ada Felly yang duduk di brankar, menemani Femila sambil bercerita. Kedatangan keduanya belum disadari atau oleh ibu dan anak itu sebelum Rio berdeham.

"Om Rio," panggil Femila ketika menyadari keberadaan Abi dan Rio.

Rio mengangguk, mendorong kursi roda Abi agar lebih dekat dengan brankar. Felly sendiri kelihatan bingung mendapati sosok calon mantan suaminya itu datang.

"Femila," panggil Abi pelan.

Femila meneguk saliva susah payah. Dihadapkan dengan sosok ayahnya yang sering kali menyakiti dirinya dan sang bunda, membuat Femila sedikit merasakan kecanggungan. Walaupun dia sadar belakangan ini sikap Abi sedikit lebih baik dari biasanya.

"Maafkan ayah." Abi menggenggam tangan Femila. Air mata pria itu berjatuhan dengan tatapan penuh sesal.

"Semua yang menimpa kamu dan Daniel adalah kesalahan ayah dulu. Kalian seharusnya tak terluka seperti ini, tetapi karena ulah ayah ...." Abi tak melanjutkan ucapannya, saat sebuah pelukan diberikan Femila.

Sepasang ayah dan anak itu sama-sama menangis, di hadapan Felly dan Rio. Wanita itu ikut meneteskan air mata, membayangkan semuanya telah terjadi dan tak perlu lagi disesali.

"Sudah enggak perlu dibahas, Yah. Aku baik-baik saja sekarang. Terlebih aku sudah bisa menerima semuanya sekarang." Femila tersenyum tipis.

"Kamu tidak membenci ayah?"

"Untuk apa? Bukankah kebencian hanya akan membuat semuanya menjadi rumit?"

Abi kembali memeluk Femila. "Terima kasih, putri ayah."

Itu adalah kalimat yang selama ini Femila nantikan. Gadis itu terharu ketika Abi sendiri telah menganggapnya sebagai putri pria itu. Manik miliknya melirik Felly yang tersenyum ke arahnya. Tiba-tiba saja Femila rasa perlu melakukan sesuatu yang mungkin bisa membuat semuanya menjadi lebih baik.

"Ayah, apa selama kalian menikah tak sedikit pun ada rasa untuk Bunda?" tanya Femila tiba-tiba.

Felly terkejut begitu juga dengan Abi. Sementara Rio mengangguk kecil sembari mengulum senyum. Dokter itu paham ke mana arah pembicaraan keponakannya itu dan dia sebagai kakak dari Abi juga berharap semuanya akan berjalan lebih baik.

"Kenapa enggak dijawab?" Femila tampak menuntut.

Abi menghela napas pelan. "Belakangan ini jujur ayah menyesal. Semua sikap dan tingkah laku ayah kepada bundamu, sudah sangat melukai hatinya. Namun, tidak bisa berbohong jika gugatan cerai itu membuat ayah tak tenang. Pikiran ayah kalut, memikirkan hari-hari selanjutnya akan ditemani kesendirian."

Felly tertegun, mendengar semua pengakuan Abi. Dia tak bisa melihat ekspresi suaminya, lantaran posisi Abi duduk membelakanginya.

Love Is Pain (Sekuel Hopeless)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang