||24|| LIP

2.9K 270 13
                                    

Happy Reading and Be Happy

Mendengar nama itu sontak keduanya saling berpandangan. Rica masih tak percaya jika hari ini dirinya harus dipertemukan dengan mantan suaminya. Tidak terbayangkan bahwa Abi begitu nekat datang ke rumahnya. Dia pun bingung harus melakukan apa sekarang.

Daniel yang melihat Rica terdiam, mengepalkan tangan. Jika dulu menghormati Abi adalah sebuah keharusan, lantaran pria itu adalah ayah dari gadis yang dicintainya. Namun, untuk sekarang sepertinya tidak bisa. Luka dan kekecewaan yang dirasakan Rica begitu besar sehingga membuatnya harus membalas segala rasa sakit itu.

Pemuda tampan itu beranjak bangun dan segera melangkah keluar. Rica pun terkejut dan berusaha mengejar Daniel karena takut akan terjadi sesuatu dengan kedua pria itu. Vania menyusul dari belakang karena kehamilannya, membuat dia lebih berhati-hati.

Daniel dapat melihat sosok Abi berada di ruang tamu dengan kursi rodanya. Ayahnya itu tampak memandangi pigura foto keluarga yang terpajang di dinding dengan ekspresi sendu. Menepuk tangan, dengan senyum mengejek, Daniel berhasil menarik perhatian Abi yang segera berpaling. Pria itu terkejut karena Daniel yang keluar untuk menemuinya.

"Daniel."

Yang dipanggil memasang wajah datar. Pemuda itu menatap Abi yang matanya berkaca-kaca.

"Daniel," panggil Abi lagi.

Langkah kaki yang menuruni tangga membuat keduanya menoleh. Tampak Rica yang berlari dan segera memeluk Daniel untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Abi bergeming. Pandangannya tak lepas menatap mantan istrinya yang tampak cantik dan terlihat lebih dewasa. Abi sungguh merindukan wanita itu dan ingin sekali memeluk serta menghabiskan waktu bersama seperti keduanya masih bersama.

Pria itu merindukan sosok lembut Rica. Merindukan bagaimana keduanya menghabiskan malam yang panjang untuk sama-sama mengejar kenikmatan.

"Rica," lirih Abi pelan.

Rica menatap mantan suaminya dengan perasaan kacau. Setelah sekian tahun tak bersua, takdir kembali mempertemukan mereka dengan masalah yang kian rumit. Wanita itu segera memalingkan wajah, berusaha bersikap tak peduli dan menutupi perasaan cemas yang muncul tiba-tiba setelah melihat kondisi Abi di atas kursi roda.

"Apa yang membuat anda memiliki keberanian untuk datang?" tanya Daniel geram.

Abi sadar jika putranya pasti telah mengetahui semua yang terjadi. Wajar saja jika ekspresi serta cara bicara Daniel seperti tak menghormatinya lagi.

"Maafkan papa, Nak. Semua kesalahan yang telah papa lakukan selama ini kepada ibumu," ujar Abi penuh sesal.

Daniel mendengkus. "Apa anda pikir dengan mengakui kesalahan yang telah diperbuat selama ini, akan membuat aku dan Mom kembali kepada anda?"

Abi ingin sekali menjawab iya atau sekadar memberikan anggukan. Namun, tiba-tiba saja keraguan itu muncul. Terlebih setelah melihat ekspresi enggan dari kedua mutiara hidupnya itu.

"Jangan pernah bermimpi, karena hal itu tidak akan pernah terjadi! Aku tidak akan membiarkan Mom kembali terluka karena perbuatan anda. Lagi pula anda sudah punya istri dan anak sekarang. Kenapa tidak melanjutkan kehidupan kalian saja?"

Love Is Pain (Sekuel Hopeless)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang