||19|| LIP

2.8K 300 26
                                    

Happy Reading and Be Happy

Rica menghela napas berat, di hadapannya sekarang telah duduk Fadli dan Vania yang menatapnya intimidasi. Lebih tepatnya hanya Fadli saja yang sudah siap memberondong adiknya dengan puluhan pertanyaan.

Ketiganya berada di ruang kerja Ferdinan. Mencari tempat ternyaman untuk membahas permasalahan yang harus segera diselesaikan. Menghindar dari Daniel ataupun Anin yang hingga sekarang kondisinya belum baik-baik saja semenjak kehilangan suaminya.

"Jadi?" tanya Fadli serius.

"Aku sudah bertemu Kak Rio, dan istrinya," jawab Rica pelan.

"Di mana? Dan kamu tak pernah memberitahukan kepada kami?" Fadli meninggikan suara. Vania di sebelahnya segera mengusap tangan sang suami untuk menenangkan.

"Aku sudah beberapa kali bertemu Kak Rio. Hanya saja aku sengaja tak ingin bercerita, Kak. Aku tidak ingin memperkeruh suasana hubungan keluarga kita sekarang. Terlebih ada Daniel saat ini."

"Maksud kamu?"

"Kak Rio ingin bertemu Daniel dan aku tak mengizinkannya. Termasuk membohonginya jika aku tak punya anak." Rica bercerita sambil meneteskan air mata.

Fadli memejamkan mata dengan kedua tangan terkepal. "Kamu salah, Rica! Harusnya kamu bercerita bukan diam seperti ini! Kakak pasti melakukan sesuatu untuk menyembunyikan Daniel!"

"Aku salah, Kak," lirih Rica sendu.

"Lalu apa yang terjadi hingga kamu menghindari Daniel?" Vania ikut bertanya.

"Daniel sudah bertemu Kak Rio dan istrinya, Mbak."

Jawaban Rica membuat sepasang suami istri itu terkejut. Mereka tidak menyangka jika Jakarta yang begitu luas begitu mudahnya mempertemukan Daniel dengan sosok-sosok di balik masa lalu kehidupan Rica. Sejauh mereka menghindar dan menyembunyikan bagaimanapun juga, mereka dipertemukan lagi.

"Takdir begitu lucu, tetapi bagaimana bisa?"

Rica terdiam. Sejak pertemuan malam itu, dia mulai memikirkan sesuatu yang berhasil membuatnya tak bisa tidur nyenyak. Hubungan Femila dengan Rio menjadi pertanyaan yang menghantuinya. Panggilan Femila kepada Rio, sudah menunjukkan jika gadis itu memiliki hubungan dengan mantan kekasihnya. Entah hubungan apa. Yang jelas Rica sudah tak bisa merasakan kenyamanan lagi. Pikirannya kalut dan mulai bermunculan berbagai macam spekulasi.

"Aku meyakini satu hal, Kak," ucap Rica ragu.

"Apa itu?" Fadli bertanya serius.

"Femila ...," kata Rica menggigit bibir dalamnya.

"Kenapa dengan gadis itu?" Pria itu bertanya lagi.

"Sepertinya Femila mengenal Kak Rio dan mungkin memiliki hubungan dekat dengannya."

"Apa?" bentak Fadli sambil memukul meja.

"Mas!" pekik Vania.

"Ini tidak bisa dibiarkan!" Fadli segera beranjak keluar dengan amarah.

Rica dan Vania segera beranjak mengikuti langkah lebar Fadli. Kedua wanita itu takut jika Fadli akan melakukan hal yang tidak dibayangkan.

"Kak kamu mau ke mana?" tanya Rica setelah berhasil menahan Fadli.

"Lepas, Rica! Aku harus bertemu Daniel dan menjelaskan semuanya kepada anak itu!"

"Kak! Jangan!" tolak Rica.

"Kenapa jangan? Kamu mau kejadian yang tidak diinginkan terjadi?"

Rica menggeleng tegas. Air matanya menganak sungai. "Jangan sekarang, Kak. Aku akan menjelaskan baik-baik kepada Daniel."

Love Is Pain (Sekuel Hopeless)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang