||6|| LIP

3.4K 238 22
                                    

Happy reading and be happy
Semoga Suka

Daniel pulang dengan rasa senang yang menjalar di dada. Pemuda itu segera menuju kamar sambil bersiul. Pikiran dan hatinya sedang berbunga-bunga saat ini. Bertemu dan berkenalan dengan si gadis lampu merah, adalah alasan perubahan tingkah lakunya sekarang.

Akan tetapi, langkahnya terhenti di undakan tangga terakhir. Pemuda itu menangkap keberadaan Rica yang baru keluar kamar sambil mengusap air mata.

"Mom!"

Rica menghentikan langkah. Diusapnya kasar air mata, sebelum tersenyum menatap sang putra. Keduanya berdiri berhadapan di depan kamar Rica.

"Kamu baru pulang?" tanya Rica lembut.

Pemuda itu mengangguk. Ditatapnya wajah sang ibu, yang sangat jelas terlihat tidak baik-baik saja. Ada bekas air mata kering, menimbulkan berbagai tanya di benak pemuda itu.

"Apa yang terjadi, Mom? Kenapa menangis?"

Rica menggeleng kecil. "Mom baik-baik saja. Jadi, apa yang membuatmu tersenyum senang seperti ini?"

Wanita itu belum bisa bercerita sepenuhnya tentang Abi kepada Daniel. Sampai kapan pun, Rica tak sanggup mempertemukan keduanya. Daniel adalah miliknya, dan itu berlaku sampai kapan pun meskipun ada darah Alexander yang mengalir deras pada darah sang putra.

"Mom enggak berbohong, kan?"

"Tentu saja. Mom tidak mungkin membohongi kamu, Daniel."

Walaupun ragu, Daniel terpaksa mengangguk.

"Jadi, ada apa?"

"Mom, apa aku boleh menyukai seseorang?" tanya Daniel.

Rica menaikkan alis bingung. Topik pembahasan kali ini terasa asing. Karena untuk pertama kalinya, Daniel berbicara seperti itu. Selama ini, putranya tak sekalipun membahas mengenai hal asmara. Namun, saat ini Rica merasa begitu penasaran dengan sosok yang berhasil mencuri perhatian sang anak.

"Em ... kamu sedang kencan?"

"Belum sampai di tahap itu, Mom. Aku bahkan baru bertemu dan mengajaknya berkenalan hari ini," sahut Daniel antusias.

"Oh ya? Itu kabar yang bagus. Siapa orangnya? Apa mahasiswa di kampus yang sama denganmu?"  Rica mengulum senyum. Rasanya begitu menyenangkan, melihat putranya bersemangat seperti ini.

"Em ... sepertinya dia bukan di kampus yang sama denganku. Awal bertemu di lampu merah, saat dia dan temannya meminta sumbangan. Ternyata, dia anggota kaum muda di gereja, Mom. Dia termasuk gadis yang aktif dalam kegiatan rohani maupun sosial," terang Daniel.

"Siapa namanya? Kapan-kapan ajaklah dia bertemu mom, ya!" pesan wanita itu.

Daniel mengangguk senang. Sepertinya, ada lampu hijau yang didapatnya dari Rica. Tinggal mengatur lagi beberapa pertemuan agar dia bisa lebih dekat lagi dengan Femila. Rasanya, ada perasaan berbeda ketika bertemu gadis bersurai panjang itu. Daniel merasakan debaran jantungnya berdegup kencang, ketika berdekatan dengan Femila.

*****

Felly sedikit bingung, memerhatikan putrinya yang sejak tadi tak berhenti tersenyum. Gadis itu terlihat sedang memasak untuk makan malam, tetapi bibirnya selalu melengkungkan senyum.

"Ehem!"

Femila hampir saja menjatuhkan spatula yang dipegangnya, saat mendengar dehaman Felly. Gadis itu nyengir, menatap Felly dengan sambil tertawa pelan.

"Kenapa dari tadi kamu tak berhenti tersenyum?" tanya Felly penasaran. Wanita itu duduk di kursi meja makan, menatap punggung Felly yang dibalut kaus kuning bermotif kupu-kupu.

Love Is Pain (Sekuel Hopeless)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang