||9|| LIP

2.6K 191 29
                                    


Happy Reading and Be Happy
Semoga Suka

Daniel berlari dengan cepat, setelah keluar dari mobilnya. Pemuda itu baru dari kampusnya, setelah mendapat kabar dari Fadli jika Ferdinan dilarikan ke rumah sakit akibat terjatuh dari kamar mandi. Dia bahkan melewatkan satu jam kuliah, dan segera menuju rumah sakit saking paniknya.

Ruang rawat Ferdinan di lantai empat, membuat Daniel harus menggunakan lift. Memasuki pintu besi itu, sudah ada seorang wanita bersama seorang pria yang duduk di kursi roda. Yang tak lain adalah Abi dan Felly. Mereka akan melakukan terapi khusus Abi setiap bulannya.

Felly bergeming sesaat. Manik wanita itu melirik Daniel yang berdiri di samping Abi. Wajah pemuda itu sangat tidak asing untuk Felly. Seperti menyerupai orang yang sangat dikenalinya.

Wanita itu tidak bisa berpikir lebih lama, karena pemuda itu sudah terlebih dahulu keluar. Felly menggeleng pelan, ketika sebuah wajah tiba-tiba melintas di kepalanya.

"Mau sampai kapan kita tetap di sini?" Abi menegur dengan datar, membuat Felly terkejut.

Dengan helaan napas berat, Felly mulai mendorong kursi roda Abi agar keduanya pun ikut keluar dari lift. Namun, pikiran Felly tak bisa lepas dari wajah pemuda barusan.

*****

Daniel memasuki kamar rawat milik Ferdinan. Sudah ada seluruh keluarganya yang menjaga pria tua itu. Sosok Ferdinan terbaring lemah di brankar diapiti Anin yang sedang menyuapi suaminya itu makan. Lalu Rica dan Fadli duduk di sofa sambil bercerita. Vania tak bisa ikut karena harus di rumah orang tua wanita itu.

"Kek!" panggil Daniel panik.

"Kamu bolos, Daniel?" tanya Rica bingung. Dia jelas tahu jadwal perkuliahan sang anak. Karena anaknya itu selalu membicarakan apa saja kepadanya.

"Sorry, Mom. Aku kelewat panik tadi sehingga langsung keluar kelas begitu aja," jawab Daniel.

"Gimana keadaan, Kakek?" tanya Daniel.

"Kakek baik-baik aja. Kakek ini kuat, Daniel. Jadi, kamu jangan terlalu khawatir," ucap Ferdinan sambil terkekeh.

Daniel tidak percaya begitu saja. Meskipun Ferdinan berusaha kuat, tetapi wajahnya terlihat lemah. Namun, tak ingin berdebat lebih lama, pemuda itu mengalah saja. Dia mengangguk, ikut bergabung bersama Rica dan Fadli.

"Jadi, bagaimana? Apa kamu berhasil mendekatinya?" tanya Fadli menggoda.

"Cukup berhasil. Aku sempat menemuinya langsung ke kampusnya."

Fadli berseru heboh, menarik atensi Anin dan Ferdinan. Begitu juga dengan Rica yang langsung penasaran terhadap pembicaraan itu.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Rica bingung. Ditatapnya Fadli dan Daniel yang menggaruk tengkuknya.

"Sebentar lagi Daniel akan membawa kekasihnya ke rumah," jawab Fadli santai.

"Paman!" pekik Daniel malu.

"Oh ya? Siapa? Kenalin ke Nenek, dong," sahut Anin ikut menggoda cucu sulungnya.

"Em ... nanti, ya, Nek. Doakan aja."

"Siapa, sih? Mom ikut penasaran, loh." Rica menimpali dengan senyum tertahan.

Love Is Pain (Sekuel Hopeless)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang