Happy Reading and Be Happy
Daniel bergeming dengan pandangan kosong ke depan. Pemuda itu sedang bersandar di tembok sambil menunggu Nelsya yang menemani Femila di dalam. Mantan kekasihnya itu pingsan karena dehidrasi serta kelelahan. Sekarang, Femila belum sadar karena baru saja dikasih obat oleh dokter.
Perasannya kacau tak menentu. Semenjak membawa Femila ke rumah sakit, dia tak bisa berbohong jika khawatir dan cemas begitu melingkupi dirinya. Dia takut ada hal buruk yang menimpa Femila, terlebih kondisinya lebih buruk dari akhir pertemuan mereka sebelumnya.
Suara pintu dibuka, membuat Daniel menoleh. Nelsya telah keluar dengan wajah yang sendu. Pemuda itu segera menghampiri, menarik tangan gadis itu untuk duduk sejenak di kursi yang disediakan.
"Ada apa?" tanya Nelsya bingung. Sejak tadi sebuah pertanyaan besar sedang melilit otaknya. Namun, Nelsya berusaha untuk mencari waktu pas untuk bertanya.
Daniel menghela napas. "Kamu mau makan?"
Nelsya menaikkan alis, lalu menggeleng kecil. "Aku tidak rasa lapar."
"Em ... tetapi sejak tadi kamu belum makan."
"Aku bisa makan nanti. Sekarang rasanya sangat lega ketika telah menemukan Femila walaupun kondisinya jauh dari kata baik."
"Kamu gadis yang baik," puji Daniel.
Nelsya tersenyum tipis. "Aku mau bertanya sesuatu."
"Apa?"
"Em ... kamu kenal Femila?"
Ada hal mendasar yang membuat Nelsya berani mengajukan tanya. Dia tadi melihat kepanikan begitu jelas dari wajah calon suaminya itu. Terlebih tadi, Daniel beberapa kali memanggil nama Femila yang membuat Nelsya memiliki kecurigaan tersendiri.
Daniel terdiam. Dia sudah melakukan kesalahan yang tak disadari sama sekali sejak tadi. Mungkin karena sikapnya tadi yang membuat Nelsya akhirnya bertanya seperti itu. Mau tak mau Daniel harus jujur daripada menutup sesuatu yang pada akhirnya pun harus terungkap juga.
"Kamu janji untuk tidak marah?"
"Marah? Kenapa harus marah?"
"Ada sesuatu hal yang harus kamu tahu, dan itu menjadi salah satu alasan kita dipertemukan dalam perjodohan ini."
Nelsya hanya diam, dan membiarkan Daniel untuk bicara.
"Sebelum bersama kamu, aku memiliki seorang kekasih dan kami sama-sama saling mencintai. Aku bahkan telah berjanji untuk memberikan sebuah ikatan pernikahan kepadanya nanti saking tak mau kehilangan dirinya." Daniel menatap ke samping, tempat ke iris Nelsya yang masih menatapnya.
Pemuda itu tersenyum manis, memberikan efek berbeda bagi Nelsya dengan debaran jantung yang menggila.
"Lalu?" Nelsya terlihat penasaran.
"Lalu kisah yang kami rajut itu terlalu penuh angan-angan. Sejatinya kami dipertemukan bukan sebagai sepasang kekasih, tetapi harus menjadi sepasang kakak adik tiri." Di akhir kalimat, suara Daniel memelan.
Nelsya terdiam. Mendadak ceritanya Daniel hampir sama dengan kisah Femila. Otaknya mendadak memikirkan sesuatu hal yang saat ini sedang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Pain (Sekuel Hopeless)
ChickLitSTORY 7 ~Kita dipertemukan untuk saling jatuh cinta, tetapi takdir menggariskan masa lalu yang ada tak bisa membuat kita menyatu~ 'Love Is Pain' Cover : pinterest Maumere, 30 Agustus 2021