22 LIP

2.7K 255 17
                                    


Happy Reading and Be Happy


Daniel pulang dalam keadaan kacau. Pemuda itu bahkan nekat mendatangi sebuah klub malam untuk menenangkan dirinya. Hal yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya, tetapi memaksanya untuk meneguk minuman haram hingga mabuk.

Kedatangannya, membuat Rica panik. Putranya jalan sempoyongan sambil tertawa tak jelas.

"Daniel," lirih Rica berusaha menahan bobot tubuh putranya.

Fadli yang baru saja keluar dari kamar, langsung membantu adiknya memboyong tubuh berat Daniel. Keduanya membawa Daniel ke kamar untuk berisitirahat.

"Kenapa dia bisa mabuk seperti ini?" tanya Fadli menahan amarah.

Rica menggeleng. Wanita itu terisak menyayangkan sikap dan tingkah laku dari putranya.

"Femila."

Gumamam lirih itu, berhasil mengejutkan Rica dan Fadli. Keduanya saling berpandangan, dengan ekspresi yang berbeda.

"Kamu lihat sekarang, kan, putra kamu sudah jatuh cinta dengan saudara tirinya sendiri!" geram Fadli.

Rica tak menjawab. Hanya terus menangis dengan hati yang begitu kacau. Dia menyesal tak memberitahukan sebelumnya kepada Daniel sehingga jalan yang diambil putranya mengakibatkan luka baru untuk keluarnya lagi.

"Sekarang apa yang harus kulakukan, Kak? Aku tidak mau Daniel terus merajut kisah cintanya dengan Femila. Itu sama saja keduanya melakukan dosa, Kak," ucap Rica mengiba.

Fadli mengepalkan tangannya. "Akan kuatur perihal masalah ini. Sebaiknya, kamu urus Daniel dan usahakan agar dirinya tak keluar dari rumah untuk beberapa hari ke depan!"

Rica mengangguk ragu, menatap punggung kakaknya yang telah keluar. Wanita itu memeluk Daniel yang sudah tertidur pulas.

"Maafkan, mom, ya. Semua karena masa lalu mom sehingga kamu pun ikut terluka dengan semuanya," lirih Rica.

*****

Fadli mengemudikan mobilnya untuk menemui Aldi di rumah sakit. Dia harus meminta bantuan kepada dokter itu agar rencananya bisa berhasil. Tiba di pelataran rumah sakit, Fadli segera turun. Dia sudah mengirimkan pesan untuk Aldi yang telah menantinya di ruang kerja.

Akan tetapi, langkahnya terhenti ketika melihat Rio yang berjalan ke arahnya. Ternyata pria itu telah melihat keberadaannya, sehingga Fadli pun dengan senang hati menghentikan langkahnya.

Keduanya berdiri berhadapan. Fadli tersenyum miring sedangkan Rio memasang wajah datar dengan kedua tangan dimasukkan ke saku.

"Apa kabar, Kak?" tanya Rio berusaha menghargai Fadli.

"Kabarku baik sangat baik, terlebih bertemu dengan kalian yang telah menghancurkan hidup adikku," balas Fadli ketus.

"Itu sudah sangat lama dan seharusnya ....''

"Seharusnya apa? Semuanya tak akan mudah dilupakan begitu saja, jika kamu berharap seperti itu. Terlebih sekarang putri dari adik kamu itu ingin menghancurkan Daniel."

Rio mengepalkan tangan. "Semuanya tidak akan terjadi, seandainya Rica tak pernah menutupi kebenarannya!"

"Kau menyalahkan adikku?"

"Aku tidak menyalahkannya sama sekali. Hanya saja ini sebuah pengandaian jika ...."

"Kau lupa jika Abi dan Felly pun tidak pernah menceritakannya kepada gadis itu. Lalu bagaimana kau bisa menyalahkan Rica begitu saja?"

"Aku sudah bilang kalau tidak pernah menyalahkan dia!" gerak Rio.

Fadli menggeram. "Untuk itu kau harusnya sadar jika semua yang terjadi adalah kesalahan dari Abi dan Felly. Sampai dunia kiamat pun tidak akan terlupakan jika kehancuran yang terjadi dari dulu hingga sekarang adalah perbuatan Abi da wanita itu!"

Love Is Pain (Sekuel Hopeless)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang