||15|| LIP

3.4K 223 32
                                    


Happy reading and be happy
Semoga Suka

Femila menggigit bibir dalamnya, dengan perasaan cemas. Setelah makan malam bersama, dia langsung berpamitan ke kamar terlebih dahulu. Mengambil ponsel dan menghubungi Daniel meski beberapa kali tak direspons pemuda itu.

Akan tetapi, setelahnya pesan masuk dari Daniel membuatnya ikut meneteskan air mata. Kakek dari pemuda yang dicintainya itu telah berpulang. Femila ikut merasa sedih, walaupun Ferdinan tak menunjukkan rasa suka dengan keberadaannya.

Rencananya dia akan ikut hadir dalam ibadah serta pemakaman Ferdinan. Kembali mengirimkan pesan, putri Felly itu menanyakan alamat rumah Daniel.

"Aku harus ke sana besok," ucap Femila sebelum memutuskan tidur.

*****

Matahari mulai meninggi. Sosok Femila sudah bangun dari beberapa jam lalu, dan mulai bersiap untuk menghadiri pemakaman Ferdinan. Memakai pakaian serba hitam, gadis itu segera keluar kamar.

Tepat di undakan tangga terakhir, dia menemukan Abi yang sedang sibuk dengan ponselnya. Tak terlihat keberadaan Felly, mungkin bundanya sedang memasak di dapur.

"Ayah," panggil Femila pelan.

Abi menoleh. Ditatapnya sang putri dari atas ke bawah seolah sedang menilai.

"Mau ke mana kamu?"

"Aku mau ke rumah Daniel, Ayah. Semalam Daniel mengabari jika kakeknya telah berpulang," ungkap Femila.

Abi terdiam sesaat. "Kamu pergi sendirian?"

"Iya, Ayah."

"Pakai motor?"

"Iya, Ayah." Femila tetap menjawab, meskipun dia bingung dengan sikap Abi pagi ini.

"Pakai mobil aja, minta Pak Ali yang nganterin kamu."

Tak ingin membantah, Femila mengangguk saja. Lagi pula, dia merasa senang karena Abi mulai perhatian terhadapnya.

"Sampaikan turut belasungkawa dari ayah buat keluarga Daniel," kata Abi lalu menuju kamarnya.

Femila tersenyum segera menuju dapur untuk menemui Felly. Wanita itu terlihat sedang sibuk memasak, tanpa menyadari keberadaannya.

"Bunda."

"Iya, Sayang. Kamu mau ke mana? Kok pakainya hitam-hitam gini?"

Wajah Femila berubah sendu. "Aku mau ke rumah Daniel, Bun. Kakek dari Daniel meninggal semalam."

"Kakek? Daniel punya Kakek?" Felly merasa tertarik dengan jawaban Femila.

"Iya, Bun. Daniel punya Kakek dan Nenek."

"Em ... kalau boleh tahu siapa namanya?" tanya Felly penasaran.

"Namanya itu Kakek Ferdinan." Femila menjawab sambil melirik jam tangan. "Aduh, Bun. Aku harus segera pergi sekarang. Takut telat."

Dengan segera, Femila mengambil tangan Felly lalu menyaliminya. Gadis itu pergi tanpa sadar jika ada perubahan dari wajah bundanya.

Love Is Pain (Sekuel Hopeless)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang