29

758 76 0
                                    

Red n Blue
Jisoo ft. Hanbin
Jeline | Handraw


Happy Reading

Handraw bersama teman-temannya saat ini sudah mengenakan baju zirah. Hari ini, mereka akan latihan penyerangan.

Latihan ini hanya dikhususkan untuk pria, sedangkan wanita latihannya hanya memasak di dapur ataupun membersihkan rumah.

Handraw terpaku ketika melihat celana berwarna biru yang ia kenakan, ini baru pertama kalinya ia mendapatkan warna biru, biasanya ia akan mendapatkan warna merah.

“Ayo semuanya bersiap!” pekikan itu menginterupsi semua murid yang ada di tanah kosong itu.

Para murid langsung berbaris dengan rapi ketika sang guru sudah berdiri di depan sana.

“Usahakan tidak ada yang terluka ataupun terbunuh, karena jika terbunuh satu orang pun otomatis kalian semua gagal, jika ada teman yang membutuhkan bantuan, maka bantulah,” jelas sang guru.

“Siap!” seru semua murid.

Sang guru naik ke atas kudanya dan semua murid membuat dua barisan memanjang ke belakang.

“Apakah kita akan berhasil?” tanya Handraw pada sang sahabat, Alexi.

Alexi hanya mengedikkan bahunya sebagai jawaban, ia juga sebenarnya tak yakin mereka akan berhasil, tapi tidak boleh berprasangka buruk terlebih dahulu.

Setelah beberapa waktu menempuh perjalanan yang cukup jauh dan juga medan perjalanan sedikit menanjak dan curam, akhirnya mereka sampai di sebuah camp yang akan menjadi tempat mereka beristirahat sampai esok hari sebelum latihan dimulai.

Handraw dan para murid yang lain diperintahkan untuk makan dan tidur.

─────


Ribuan murid berkumpul di sebuah lapangan yang sangat besar, lengkap dengan baju zirah, pedang dan perisai mereka masing-masing.

Hitungan mundur dimulai sebelum nantinya mereka menyerang.

“Serang!” seru sang pemimpin.

Semua murid menyebar dan saling mencari lawan mereka masing-masing.

Sua dentingan pedang beradu sangat terdengar di lapangan itu.

Handraw menatap lawannya. Lawannya itu menggunakan penutup wajah dan hanya menampakkan matanya.

“Bagaimana bisa mata seorang pria seindah itu?” tanya Handraw sambil menyerang.

“Tidak seharusnya kau berbicara dengan lawanmu jika tidak ingin kalah,” ucap sang lawan.

“Jangan mencoba berpura-pura dan mengubah nada bicaramu, aku tahu kau wanita,” ucap Handraw.

Srekkkk

Tangan sang lawan tergores dan mengeluarkan darah. Sang lawan jatuh terduduk ketika luka yang cukup besar dan panjang menghiasi tangannya.

Handraw langsung membuka penutup wajah itu dan pelindung kepala yang melindungi kepala sang lawan.

Rambut panjang langsung saja tergerai begitu saja.

“Sudah kubilang jangan pernah berpura-pura,” ucap Handraw.

Sebuah seruan menghentikan latihan itu. Itu seruan dari guru mereka. Seorang pria menghampiri Handraw dan lawannya.

“Jeline, kenapa kamu ada di sini? Ini bukan tempat kamu,” ucap sang guru.

Orang yang dipanggil Jeline mendongakkan kepalanya menatap siapa yang berbicara padanya.

“Ayah,” ujarnya sembari menundukkan kepalanya lagi.

“Kenapa anakmu bisa ada di sini, Brent?” tanya rekan Brent.

Brent hanya bisa mengangguk dan membantu anaknya berdiri untuk dibawa ke camp.

“Kamu sudah mempermalukan Ayah, Jeline,” ucap Brent dengan gigi yang digertakkan.

“Aku hanya ingin seperti Ayah,” sahut Jeline.

Semua murid memandang Brent dan Jeline yang lewat di depan mereka. Mereka bahkan berbisik bahwa guru mereka tak bisa mendidik anaknya sendiri karena sudah berani menyelinap mengikuti latihan perang.

Jeline. Cantik juga, batin Handraw.

END

[2] Jisoo One Shoot Story✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang