2

4.2K 278 13
                                    

———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

———

Dinda memasuki ruangan kelasnya. Dinda adalah seorang guru agama di sekolah bergengsi–sekolah yang hanya bisa di masuki siswa/siswi yang berada.

“Astagfirullah,” ucapnya ketika melihat ruangan kelas yang hancur berantakan.

“Kenapa kelas bisa sehancur ini!” pekik Dinda.

Semua mengatupkan bibir mereka tak ada yang ingin menjawab pertanyaan dari guru mereka itu.

“Siapa yang jadi biang masalah di sini?!”

Tetap sama keadaan masih hening tak ada yang membuka suara mereka.

“Ada apa, Buk Dinda?” tanya Hendra–wali kelas dari kelas XII-5A–

“Ini loh, Pak, sekarang jamnya saya ngajar di sini. Tapi, lihat kelas ini begitu berantakan,” jelas Dinda.

Hendra mengedarkan pandangannya ke seluruh area kelas. Ia hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelas itu.

“Cepat bereskan kelas ini,” suruh Hendra.

Tak ada yang bergerak dari tempat mereka.

“Baiklah, kalau begini ikut Ibu ke masjid, kita akan praktek shalat di sana saja,” perintah Dinda.

“Ayo cepat!”

Para siswi buru-buru mengambil mukena mereka dan berlari ke arah masjid.

Sedangkan para siswa dengan tenangnya berjalan santai padahal gurunya sudah memarahi mereka.

———

“Adrian Putra Narendra,” panggil Dinda.

Adrian mengangkat tangannya.

“Ayo, maju ke depan,” suruh Dinda.

Adrian maju ke depan lengkap dengan peci yang ia pakai.

“Ibuk gak mau berdiri di belakang saya?” tanya Adrian.

Dinda mengerutkan keningnya bingung, lalu bertanya, “Untuk apa saya berdiri di belakang kamu?”

“Loh kan saya mau ngimamin, Ibuk, gimana sih?” ucap Adrian dengan senyumannya.

“Alah modus lo, Ad!” pekik Dono.

“Dono, ini masjid dijaga suaranya,” petintah Dinda.

“Maaf, Buk,” ucap Dono.

“Cepat, Adrian, masih banyak yang harus di nilai,” perintah Dinda.

“Kan udah saya bilang, Buk, Ibuk berdiri di belakang saya, biar saya lebih enak imamin, Ibuk.”

“Adrian, cepat!” bentak Hendra pada Adrian.

“Bapak kenapa sih?! Sensi amat sama saya?!”

“Adrian, saya hitung sampai lima, kalau kamu gak mulai, kamu gak bakal dapat nilai,” perintah Dinda.

“Ad, cepatlah, panas nih,” ucap Lili yang kepanasan karena mukena yang ia pakai cukup tebal kainnya.

“Iya-iya, nih gue mulai,” ucap Adrian pasrah.

end

Siapa yang minta Jisoo ama Jeno? Awas lu pada gak vote ama komen gak gue turutin lagi lo pada.

Kalian tuh pasti ngerasa apa yang aku rasakan ketika melihat view banyak tapi vote sikit. Awas ya lu pada. Apalagi yang minta Mbak Jis ama Babang Jeno!

[2] Jisoo One Shoot Story✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang