Dek Konter
Jisoo ft. Renjun and Jaehyun
Jeje | Rendi | JeffreyHappy Reading
“Jeje!” sang mama berteriak dari lantai bawah.
Jeje yang merasa terpanggil hanya menolehkan kepalanya ke arah pintu sebentar lalu melanjutkan kegiatan bermain ponselnya. Ia sedang sibuk meng-scroll aplikasi tok tik.
Dughhhh
Suara dentuman itu datang dari pintu yang rusak karena bantingan sang mama, wajah wanita itu merah padam karena menahan amarah.
“Kamu enggak dengar Mama panggil?! Huh!” bentak wanita itu.
Jeje langsung terlonjak kaget, ponselnya bahkan sampai terlempar karena rasa keterkejutannya itu.
“Ya Tuhan, Mama itu pintunya rusak,” ucap Jeje.
“Kamu ini ya!” Sang mama berjalan cepat ke arah Jeje dan menarik telinga itu hingga gadis itu berdiri dari duduknya karena menahan sakitnya.
“A-aduh, Ma. Sakit tahu.” Tangan Jeje memegang tangan mamanya agar lepas dari telinganya, tapi apa boleh buat, seorang ibu-ibu ketika marah pasti akan berubah menjadi super hero seperti di film-film itu.
“Bilang dulu kalau kamu bakal turuti semua yang Mama suruh,” perintah sang mama.
Jeje terdiam sejenak sampai tiba-tiba ia kembali meringis karena tarikan di telinga itu semakin kuat.
“Iya-iya. Aku bakal turuti semua yang Mama suruh,” putus Jeje, tapi ternyata tarikan itu belum dilepaskan juga.
“Janjinya mana, Sayang?” tanya sang mama dengan senyum miring yang bisa dibilang lebih menyeramkan dibandingkan dengan om-om penyuka anak-anak di luar sana.
“Jeje janji, Mama,” ucap Jeje pasrah.
Jeje menghela nafas lega karena akhirnya tarikan itu dilepaskan. Ia memegang telinganya yang memerah akibat jeweran sang mama yang bisa dibilang sangat kuat.
“Okey, sekarang kamu belikan Mama pulsa di tempat Jeffrey,” perintah sang mama.
“Tapi–”
Sang mama menggelengkan kepalanya ketika anaknya itu mau melayangkan sebuah ke tidak setujuannya terhadap perintahnya. “Sudah janji tadi loh, mau nanti dapat dosa?” tanya sang mama.
Jeje mendengus kesal. Ia menengadahkan tangannya di depan sang mama. “Uangnya mana?” tanyanya.
“Pakai uang kamu dulu, Sayang. Kan kamu tahu ini akhir bulan, lagi kosong dompet Mama,” ucap sang mama sembari menunjukkan senyuman khasnya.
Lagi-lagi Jeje hanya bisa mendengus. “Iya, tapi jangan lupa di ganti uangnya ya,” ucap Jeje dan dibalas anggukan oleh sang mama.
“Isi berapa?” tanya Jeje.
“Dua puluh, Mama mau telepon papa kamu suruh transfer uang,” sahut sang mama.
Jeje membentuk tangannya seperti ‘ok’ lalu ia segera pergi menuju konter milik Jeffrey.
Sesampainya di sana ia tidak menemukan siapa pun menjaga konter itu. Ia mengusap-usap lehernya agar suaranya stabil sebelum memanggil dengan keras.
“Mas Jeffrey!” serunya dengan nada seperti sedang mengajak teman bermain ketika dulu.
“Beli!” serunya lagi.
“Rendi! Urus dulu itu yang beli!” pekikan dari dalam rumah milik Jeffrey.
“Malas, Abang saja sana, kan konter juga punya Abang!” pekik Rendi.
“Enggak Abang kasih pinjam motor nanti ya,” ancam Jeffrey.
“Iya-iya!”
Terlihat seorang pemuda bertubuh kecil keluar dari dalam rumah dan berjalan menuju konter. Ya, tubuhnya masih besaran dia daripada Jeje, tapi kalau dibandingkan dengan pemuda lainnya, pemuda ini akan terlihat mungil.
Jeje hampir saja memekik histeris ketika melihat yang menjualinya. Mama! Jeje kalah cute! Batin Jeje berteriak.
Bagaimana tidak imut, Rendi keluar dari rumah dengan rambut yang diikat satu, mana gerak-gerak ke kanan dan ke kiri pula karena gerakan tubuhnya.
“Beli apa, Mbak?” tanya Rendi.
Jeje menarik nafas sejenak. “Beli pulsa,” jawab Jeje.
Rendi mengambil ponsel lama yang biasa dipakai sang abang untuk menjual pulsa. “Nomornya?” tanya Rendi.
“Kamu enggak usah buru-buru, Mbak enggak bakalan punya pacar dalam waktu dekat kok,” ucap Jeje.
Rendi mengerutkan keningnya sembari memiringkan kepalanya ke kanan, ia tak paham dengan maksud Jeje. “Maksudnya?” tanyanya.
“Itu tadi Adek minta nomor Mbak,” jawab Jeje.
“Abang!” pekik Rendi memanggil sang abang.
Jeffrey langsung keluar ketika mendengar pekikan dari Rendi. Tiba-tiba Rendi berdiri di belakang Jeffrey.
“Masa Rendi di godai mbak-mbak itu,” ucap Rendi sembari menunjuk Jeje.
“Enggak sopan tunjuk-tunjuk orang,” omel Jeffrey.
“Sudah, masuk sana,” perintah Jeffrey yang langsung dituruti oleh Rendi karena takut dengan Jeje.
“Kamu ini bikin takut adik saya saja, Je,” ucap Jeffrey.
“Loh, kenapa takut? Memang muka Jeje seram ya, Mas?” tanya Jeje.
“Ya kayak mana enggak takut, kamu saja pakai masker wajah hitam, rambut acak-acakan, mana nyeker pula,” jelas Jeffrey.
Jeje terdiam sebelum menyadari bahwa ia belum melepas masker wajahnya dan belum menyisir rambutnya dan juga memakai sandal. “Mama! Jeje malu!” pekik Jeje sambil berlari pulang.
“Loh, Je?! Enggak jadi beli?!” pekik Jeffrey.
END
Dek konter ketika menghadapi mbak Jeje.
Rendi bi laik : Sabar aku tuh🙂
Ngomong-ngomong Renjun bias aku loh🦊
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Jisoo One Shoot Story✔
Fiksi Penggemar[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Jisoo ft. Boys