[2] Jisoo One Shoot Story✔

8

Jisoo duduk termenung di pinggir ranjangnya. Ia menatap langit-langit kamar yang menurutnya lebih indah dibandingkan pria yang berada di sampingnya saat ini.

“Sayang,” panggil pria itu.

“Sayang, kamu kenapa?” Pria itu menyentuh pundak Jisoo.

“Taejun,” gumam Jisoo.

“Jisoo, ini aku Doyoung, suami kamu.”

“Doyoung,” gumamnya.

Doyoung menganggukkan kepalanya, ia menyentuh pundak istrinya dan merangkul tubuh ringkih itu.

Semenjak kepergian putra mereka Jisoo menjadi banyak melamun dan menyendiri, ia bahkan tidak makan satu harian hanya untuk berdiam diri di kamar putra mereka.

“Taejun,” lirih Jisoo dengan tangis yang seketika pecah.

Doyoung mencium pucuk kepala Jisoo. Ia mengusap punggung Jisoo yang masih terisak di dalam pelukannya.

“Taejun! Ah ...!” pekik Jisoo.

“Eomma,” panggil seorang anak berusia sekitar sembilan tahun.

Jisoo menatap ke arah pintu, menatap seorang anak laki-laki dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuh kecilnya.

Jisoo memberontak di dalam pelukan Doyoung. “Taejun,” panggil Jisoo.
“Lepaskan aku, Doy,” raung Jisoo memberontak di pelukan Doyoung.

“Sayang, aku mohon sadar,” mohon Doyoung. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada Jisoo.

Jisoo memukul punggung Doyoung berkali-kali. Tiba-tiba Jisoo berhenti memberontak, ia membulatkan matanya ketika melihat Taejun jatuh dari lantai dua ke lantai satu.

Darah segar mengalir dari dahi Taejun yang terluka.

“Ah ...!”

Jisoo terbangun dengan nafas yang terengah-engah. Jisoo mengalihkan pandangannya ke sebelah kirinya. Tampak Doyoung yang sedang tertidur dengan bertelanjang dada.

Doyoung mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia terkejut melihat Jisoo yang terengah-engah. “Ada apa, Sayang?”

Jisoo menggelengkan kelapanya. Ia tak mau membuat pacarnya itu khawatir dengan mimpinya tadi.

Doyoung merangkul pundak Jisoo. Ia menyandarkan kepala Jisoo di dadanya. Jisoo hanya menatap ke atas, sedangkan tangan Doyoung mengusap rambut Jisoo dan sesekali menciumnya.

—end—

APA YANG GUE TULIS WOIII?!!!!!