18

1.9K 157 8
                                    

Jisoo menggandeng mesra lengan Taeyong. Sesekali Jisoo tertawa mendengar lelucon yang Taeyong layangkan. Saat ini mereka sedang berjalan-jalan di sebuah taman.

“Lihat, ada penjual gelang di situ, ingin melihat-lihat terlebih dahulu?” tawar Taeyong yang dibalas anggukan oleh Jisoo.

Mereka berdua pergi ke arah penjual gelang tersebut. Jisoo melihat sepasang gelang yang simpel, tetapi begitu indah ketika di pandang. Ia mengambil gelang itu dan menunjukkannya kepada Taeyong.

“Indah bukan, Yong?” tanya Jisoo.

“Kamu suka yang ini?” tanya Taeyong sambil menatap Jisoo.

Jisoo mengangguk sambil mengeluarkan puppy eyes andalannya kepada Taeyong. Seketika Taeyong tertawa melihat tingkah kekasihnya yang sangat menggemaskan itu.

“Permisi, berapa harga gelang ini?” tanya Taeyong sembari memperlihatkan gelang yang akan mereka beli.

“Karena hari ini adalah hari valentine jadi untuk pasangan kekasih yang membeli gelang couple di sini kami gratiskan,” jelas sang pemilik toko.

“Benarkah?” tanya Jisoo tak percaya.

“Iya, Nona,” jawab pemilik toko itu.

Beberapa saat Taeyong dan Jisoo sempat berpandangan, lalu mereka berkata, “Kamsahamnida.” Taeyong dan Jisoo membungkuk beberapa saat, lalu mereka memilih untuk duduk di sebuah bangku taman yang berada di dekat situ.

“Sini biar aku bantu pakaikan,” ucap Taeyong ketika melihat Jisoo yang kesusahan memakai gelang yang baru saja mereka dapatkan secara cuma-cuma.

Taeyong memakaikan gelang itu dengan telaten. Setelah itu, Taeyong mengeluarkan sebuah surat dari saku jasnya dan memberikannya kepada Jisoo.

“Apa ini?” tanya Jisoo bingung.

“Buka saja,” jawab Taeyong.

Jisoo membuka surat itu, ia membacanya dengan saksama, tampak raut wajahnya yang seketika berubah setelah membaca surat pemberian Taeyong tadi.

“Kamu akan kembali ke Los Angeles?” tanya Jisoo.

Taeyong mengangguk, lalu ia berkata, “Papa butuh aku di sana, Jis.” Taeyong menggenggam tangan Jisoo; mengusapnya dengan lembut dan mencium tangan itu. “Aku janji, aku janji bakal balik secepat mungkin.”

Jisoo menundukkan kepalanya, tanpa ia sadari air matanya sudah jatuh membasahi pipinya. Ia berusaha untuk menahan isak tangisnya, tetapi ia sama sekali tak bisa menahannya.

Taeyong yang menyadari hal itu langsung saja ia menangkup pipi kekasihnya dan menghapus air mata yang membasahi pipi kekasihnya itu. Ia menggeleng beberapa kali. “Jangan pernah keluarkan air matamu hanya karena aku, Jis. Aku enggak pantas buat kamu tangisi,” ucap Taeyong.

“T-tapi–”

“Enggak ada tapi-tapi, Jis. Aku sudah terlalu sering membuatmu menangis jadi biarkan aku membuatmu tertawa lepas hari ini, Jis.” Taeyong menyunggingkan kedua sudut bibirnya.

Jisoo yang tak kuat lagi menahan tangisnya langsung saja merengkuh tubuh Taeyong dan membenamkan wajahnya di dada bidang kekasihnya itu.

Taeyong mengusap surai hitam milik kekasihnya itu. Ia mendongakkan kepalanya agar air matanya tak turun, untuk saat ini ia akan menyembunyikan kesedihannya terlebih dahulu dari Jisoo, biarkan ia yang tahu bagaimana kesedihannya sendiri.

“Aku enggak mau pisah sama kamu lagi, Yong, bahkan kita belum mukbang mie samyang di rumahku,” ucap Jisoo memukul dada Taeyong.

Hahaha, baiklah, nanti malam kita akan mukbang mie samyang sampai air minum di rumahmu habis,” ucap Taeyong diselingi tawa renyah.

—————


“Apa tidak ada yang kurang?” tanya Jisoo memastikan semua barang bawaan Taeyong tidak ada yang kurang sama sekali, ia hanya takut kejadian tahun lalu akan terjadi lagi. Bagaimana bisa ponsel Taeyong tertinggal di apartementnya? Sungguh hal yang luar biasa, ‘kan?

“Sudah, Jis, tidak ada yang kurang,” jawab Taeyong.

“Periksa sekali lagi,” perintah Jisoo dan Taeyong hanya bisa menurut pada perintahnya.

Jisoo mengupas sebuah apel sembari menunggu Taeyong memeriksa barang bawaannya esok hari. Sesekali Jisoo tersenyum melihat Taeyong yang bertingkah lucu saat memeriksa isi kopernya.

Taeyong berlari-lari kecil ke arah Jisoo dan membuka mulutnya. Sedangkan Jisoo yang tak mengerti apa maksud Taeyong hanya bisa mengernyitkan dahinya.

“Apa?” tanya Jisoo.

“Mau apelnya,” jawab Taeyong.

Jisoo tertawa dan memasukkan sepotong buah apel yang telah ia potong ke dalam mulut Taeyong. Taeyong mengunyah apel itu dengan ekspresi yang sangat lucu, Jisoo tersenyum berkali-kali ketika Taeyong meminta buah apel itu lagi dan lagi.

“Sudah selesai memeriksanya?” tanya Jisoo.

Taeyong menganggukkan kepalanya, lalu berkata, “Ayo, aku akan mengantarkanmu pulang, ini sudah hampir larut malam.”

Hmmmm,” gumam Jisoo pasrah.

Jisoo mengambil tasnya di nakas yang berada di kamar apartement milik Taeyong, tak lupa sebelum itu ia membersihkan kulit-kulit apel yang buahnya telah habis dimakan.

Jisoo pun pulang diantarkan oleh Taeyong sampai ke depan rumahnya.

—————

Jisoo berkali-kali melihat ke arah ponselnya, tetapi tak ada satu pun pesan yang ia dapatkan dari Taeyong, padahal seharusnya Taeyong sudah mengabari Jisoo bahwa ia sudah sampai di Los Angeles. Jisoo berkali-kali menggeram ketika sebuah notifikasi masuk tapi, itu bukan dari sang kekasih.

Papa Lee

Jisoo langsung saja mengangkat panggilan dari papanya Taeyong; ia mendekatkan ponsel itu ke telinganya.

“Iya, Pa,” ucap Jisoo.

Jisoo, kamu sudah lihat berita di televisi?

Seketika tangan Jisoo bergetar ketika mendengar nada bicara papa Lee, perlahan-lahan Jisoo menghidupkan televisinya.

Jisoo jatuh terduduk ketika suatu berita tentang kecelakaan pesawat dari Korea Selatan menuju Los Angeles yang nomor penerbangannya sama dengan nomor penerbangan Taeyong itu tersiarkan di televisi.

“P-Pa, itu enggak mungkin, ‘kan?” tanya Jisoo kepada papa Lee.

Jisoo, kamu tenang dulu, tim SAR pasti bisa menemukan Taeyong.”

Ponsel Jisoo seketika terlepas dari genggamannya, ponsel itu jatuh membentur lantai. Jisoo menangis sejadi-jadinya. Ibu Jisoo yang baru saja kembali dari dapur dan melihat berita di televisi itu langsung memeluk putrinya itu; mencoba menenangkan putrinya dengan sebuah usapan di surai hitam milik Jisoo.

“Tim SAR pasti bisa menemukan Taeyong, Sayang,” ucap ibu Jisoo yang berusaha menenangkan putrinya itu.

Jisoo kembali meluapkan semua kesedihannya seiring dengan isak tangis yang semakin kuat setiap menitnya. Tiba-tiba Jisoo kehilangan kesadarannya, ibu Jisoo semakin panik ketika putrinya pingsan.
Ibu Jisoo membopong Jisoo menuju sofa dan menidurkan Jisoo di sana. Ibu Jisoo memandang wajah putrinya yang begitu sendu.

“Taeyong pasti selamat, Jis, ibu yakin itu dan setelah kejadian ini, dia akan selalu berada di sampingmu setiap saat,” gumam ibu Jisoo.

“Kamu tahukan, semua tebakan ibu pasti selalu benar, seperti kepulangan Taeyong kemarin.” Ibu Jisoo mengusap pipi putrinya dan menghapus jejak air mata yang masih tersisa di pipi putih itu.

end

Part yang semalam kita pending dulu ya, soalnya aku lupa alurnya wkwkwk maapin ya.

[2] Jisoo One Shoot Story✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang