Mobil Mark berhenti tepat di depan rumah Lana. Mark keluar lebih dulu, membukakan pintu untuk Lana dan menyodorkan tangan kananya.
"Ayok, semua bakal baik-baik aja. Ada aku,"
Lana menerima uluran tangan tersebut, berjalan beriringan menuju pintu.
Baru saja pintu terbuka, Lana meneguk ludah gugup. Disana, di ruang tamu sudah ada sang Papa yang menatapnya tajam dan juga Lina yang mengusap punggung Aldy bertujuan menenangkan.
"Mam, Pa—"
"Duduk kalian." titah Aldy masih dengan intonasi dingin.
Lana tak henti-hentinya meremas jarinya sendiri, Aldy jarang marah kepada dia. Tapi melihat wajah Aldy membuat Lana yakin jika dia sudah membuat Aldy marah.
Berbeda dengan Lana, Mark justru terlihat tenang dan menampilkan senyum kecil saat tatapan Aldy mengarah kepadanya.
"Sudah berapa kali?"
Lana menoleh ke Aldy yang bertanya, Papanya itu sudah terlihat tenang berkat Lina.
"Sudah berapa kali, Lana?"
"Ma—maksud Papa apa?" tanya balik Lana.
"Udah berapa kali main sampai lupa waktu gini?!" Aldy menatap tajam putrinya dan juga Mark yang duduk disebelahnya.
"Mohon maaf sebenarnya, Om. Saya akui saya salah sudah mengajak Lana main, tapi bisakan Om turunin intonasi, Om?"
Aldy berdiri menghampiri Mark, baru saja akan menonjok muka Mark yang menurutnya sangat kurang ajar, Lana lebih dulu memegang lengannya.
"Pap, aku mohon maafin aku. Aku janji gak bakal keluar malem lagi." mohonya.
Aldy menurunkan tanganya. Dan menatap Lana.
"Bukannya Papa larang kamu keluar malem, tapi sayang Papa udah pernah bilang. Kalo kamu keluar malem maksimal pulang sebelum jam delapan. Tapi ini apa? Gara-gara pacar kamu ini, kamu langgar kesepakatan kita." ucap Aldy menatap tajam Mark yang juga menatap kearahnya tanpa ekspresi.
"Pa—"
"Masuk ke kamar. Lina ajak Lana ke kamar." potong Aldy.
"Tapi Papa gak bakal apa-apain, Mark kan?" tanya Lana cemas, mengingat seperti apa Papanya.
Aldy menggeleng. Lana bernafas lega, lalu tatapannya beralih kepada Mark yang mengangguk dan mengisyaratkan ia untuk ke kamar sesuai ucapan Aldy.
"Ayo, sayang. Kamu harus istirahat." Lina menggandeng tangan Lana ke lantai dua, sesekali Lana melihat keruang tamu yang terdapat dua laki-laki sedang berdiri dalam diam. Syukurlah Papanya tidak melukai Mark, walaupun dia tahu Papanya pasti emosi melihat Mark.
Beberapa menit kepergian istri dan putrinya itu, Aldy berdiri didepan Mark.
"Kamu bersyukur saya tidak jadi menghajar kamu, walaupun keinginan untuk menonjok kamu besar."
Mark terkekeh kecil. "Iya Om, saya tau."
"Jangan seneng dulu kamu, saya tidak menghajar kamu tapi saya minta kamu untuk jauhin putri saya. Kalo perlu akhirin hubungan kalian berdua."
"Saya keberatan Om, saya cinta sama Lana. Gak mugkin saya putusin hubungan kita."
Aldy mendudukan bokongnya menaik turunkan alisnya.
"Papa kamu tadi telpon Om, dan jelasin soal Oma kamu."
Mark menatap Aldy. "Om—"
"Iya, saya sama Papa kamu rekan bisnis."
Mark terdiam, jika Marchel-Papanya sudah mengatakan soal Omanya, apakah Aldy akan tetap menjauhkannya dari Lana? Mark memutuskan untuk bertanya.
"Om udah tau soal Oma. Apakah Om masih tetep suruh saya jauhin ataupun akhirin hubungan kami?"
"Kamu tau kan Mark, Lana putri satu-satunya Om. Walaupun Lana nantinya bukan jadi penerus bisnis Om karna Kakak Lana lah yang bakal gantiin saya. Bukan berarti Lana tidak memiliki masa depan, kan?"
Mark diam mencerna ucapan Aldy. Jadi Lana punya Kakak?
"Om tau kamu pintar, jadi saya rasa kamu paham maksud saya."
"Maaf Om, saya kurang paham. Bisa om katakan intinya?"
Aldy menangguk dengan senyum misterius, membuat perasaan Mark tidak enak.
"Jadi gini, saya dan Papa kamu sepakat. Jika kalian mau tetep bersama, maka Lana akan saya pindahkan sekolah di kota yang sama dengan Kakaknya. Setelah urusan sekolah, dan kuliah Lana selesai baru Om sama Papa kamu kabulin permintaan Oma kamu."
Ketika akan bersuara, Aldy lebih dulu memotong.
"Dengan catatan jika Lana masih mau sama kamu. Dan satu lagi, jika kalian berjodoh pasti akan bersatu. Selain itu, serahkan semuanya kepada Tuhan."
Mark terdiam di tempatnya, perjanjian konyol macam apa ini?
"Jika kamu keberatan, maka kesempatan kamu jadi menantu Om tidak ada sama sekali. Yap, kalo kamu menolak perjanjian kami maka kamu siap-siap saja tidak pernah bertemu anak saya sama sekali, bahkan secara tidak langsung kami menolak permintaan Oma kamu."
"Jadi Mark, milih Lana pergi dari kamu dan kembali lagi kesini atau milih Lana tetap disini tapi kamu tidak bisa bertemu dengan dia sama sekali?"
Pilihan macam apa ini?! Batin Mark menggeram kesal.
"Saya kasih waktu 1 menit buat kamu berfikir."
Satu menit berlalu, Mark masih tidak mengeluarkan suaranya. Aldy tersenyum kecil.
"Baiklah, jika kamu tetap diam. Saya anggap kamu—"
"Saya memilih.... "
T. B. C
Kira-kira Mark milih apa🤔🙄
Makasih buat 4,07k readers, mungkin bagi orng lain biasa aja. Tapi bagiku warbiasa🤧🤗💚💚
Yok spam komen biar cepet next part😏
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐎𝐒𝐒𝐄𝐒𝐒𝐈𝐕𝐄 | 𝐌𝐚𝐫𝐤 𝐋𝐞𝐞
Teen Fiction【𝙊𝙉 𝙂𝙊𝙄𝙉𝙂】 ❝Aku gak suka ya, kamu deket-deket sama cowok lain selain aku.❞ Possessive? Itulah Mark Lee, cowok itu berubah menjadi sangat posesif setelah kepindahannya ke sekolah pacarnya-Alana. Akankah Lana akan bertahan atau memilih menyer...