Aran tersenyum saat melihat Anin menaiki tangga menuju lantai 2 tempat kelas Aran akan dimulai juga. Aran segera berlari mengejar Anin namun ia terhenti di ujung tangga saat melihat Anin tengah bersama seseorang.
"Bokap lo nyogok lagi buat bebasin lo" Aran mendengar suara samar samar yang penuh penekanan itu
"Yang gue hancurin juga mobil gue"
"Lo hampir ngebunuh gue"
Anin menendang kemaluan laki laki itu sampai terdengar suara jeritan. Aran segera berlari menaiki tangga dan mendapati laki laki ingin menyakiti Anin.
"Lo jangan kasar"
"Siapa lo bangs*t jangan ikut campur"
Aran berdiri tepat didepan Anin, ia menatap tajam kearah laki laki yang ia ketahui adalah kekasih Anin.
"Minggir lo, gue mau hajar cewek psyco itu"
Aran mendorong Deo menjauh dari Anin.
"Gue bisa laporin lo kebagian pendisplinan mahasiswa"
Deo terlihat begitu kesal, ia pergi begitu saja. Anin pun melewati Aran begitu saja.
"Ka" panggilnya
"Why?" Dengan nada dingin
Langkah Aran mendekati Anin, ia melihat kedua telapak tangan Anin yang masih dibalut perban. Aran memberikan salep untuk Anin.
"Dipake kalau perbannya diganti nanti" Aran tersenyum manis.
Aran meninggalkan Anin lebih dulu. Pandangan Anin tak lepas menatap punggung Aran sampai menghilang dibalik pintu. Salep ditanggannya itu membuatnya senyuman tipis dibibir Anin, ia memejamkan matanya mengatur kembali emosinya.
Masih Anin ingat saat Aran memperlihatkan sebuh surat kesehatannya, namun Aran tak juga menjahuinya.
****
Suasana perpustakaan begitu sunyi, hanya ada beberapa orang disana. Shani tak begitu memperdulikan orang orang yang keluar atau pun masuk kedalam perpustakaan, ia fokus pada tugas tugasnya.
Shani duduk tepat didekat sebuah jendela besar yang membelakangi sinar mataharin. Kacamata dengan ganggang hitam yang ia kenakan menambah kesan anggun diwajahnya.
Shani tak sadar ada seseorang yang sedari tadi memperharikannya sambil terus tersenyum. Mengagumi betapa cantiknya Shani dengan kacamatanya dan sinar matahari yang seakan akan sedang menyinarinya. Siapa lagi kalau bukan Aran, ia bahkan sampai melipat kedua tangannya memperhatikan Shani. Bagaimana bisa Tuhan membiarkan bidadarinya turun ke bumi?
Shani terlihat merenggangkan otot lehernya yang terasa kaku, matanya tak sengaja bertatapan dengan Aran. Senyuman manis itu ia berikan pada Aran. Jangan tanyakan lagi perasaan Aran mendapati senyuman manis yang melebihi coklat itu.
"Lagi ada tugas?" Tanya Shani saat Aran duduk disampingnya
"Gak ada ka, tadi mau tidur gak jadi"
"Kenapa?"
"Tiba tiba gak bisa aja"
Shani terlihat hanya mengangguk.
"Kakak punggungnya gak sakit?"
"Gak juga"
"Masa sih, kakak kan baru jatuh dari langit"
"Apasih Ran" tawa renyah khas Shani keluar karna Aran
"Ka, ada apa sih dikhayangan kok mau jadi bidadari bumi?"
"Kamu gak takut gombalin senior?"
"Aku gak gombal ka"
KAMU SEDANG MEMBACA
After Rain
FanfictionSetelah hujan akan berganti pelangi dengan bias cahayanya namun terkadang pelangi tak muncul dan hujan turun dengan derasnya. Sama seperti cinta tak selamanya akan selalu indah dan menyenangkan. "Aku datang bukan untuk merubah mu tapi aku datang unt...