Part 12

2.7K 501 113
                                    

"Aran" ucap Anin

Tangan Aran terulur mengusap wajah Anin. Ia memasangkan jaket levis miliknya pada Anin tanpa berucap apapun.

Aran menarik Anin kedalam pelukannya, membiarkan Anin menangis dan menjadi tempat Anin bersandar untuk saat ini.

Pelukan Aran begitu hangat ditengah dinginnya hujan. Suara tangisan Anin menyesakkan dada. Aran mengusap punggung Anin pelan, berusaha menenangkannya.

"Aku ada" dua kata yang selalu Aran ucapkan pada Anin dan tak pernah ia ingkari

Tubuh Anin tak kuat lagi menahan semuanya, Anin pingsan dalam pelukan Aran. Tanpa pikir panjang Aran membawa Anin masuk kedalam mobil Mirza.

"Anin bangun Nin"

"Ran gue gak tau rumah sakit dekat sini" Mirza ikut panik

"Buka maps Mir, cepetan"

Dengan perasaan campur aduk dan panik Mirza segera mencari lokasi rumah sakit terdekat.

"Anin, bangun Nin"

Hati Aran menjadi sangat takut, ditambah bekas lebam dibagian wajah Anin.

Mereka sampai dirumah sakit, Mirza meminta bantuan para perawat disana. Dokter pun segera memeriksa Anin.

"Pasien dehidrasi, tenang ya pasien tidak apa apa. Kami akan memeriksa lebam dan lukanya setelah pasien sadar"

"Makasih dok"

Aran segera mengirim pesan pada Sisca.

Flashback on

Aran melihat ponselnya yang bergetar diatas meja belajarnya. Sudah dua hari ia tak begitu sering memegang ponselnya, Aran mencoba move on dari Anin meskipun dalam pikirannya terus saja bertanya "Anin apa kabar?" "Dia sudah makan apa belum?" "Kangen Anin" hanya sebatas pertanyaan didalam pikirannya.

"Halo ka?"

"Ran, gue mau minta tolong cek Anin di rumahnya?"

"Rumahnya?"

"Iyaa, kata anak anak dia udah dua hari gak masuk kampus. Kalau udah gini pasti dia pulang kerumah Ran, Ran gue mohon Ran cari Anin, gue takut dia kenapa-napa" suara Sisca terdengar benar benar khawatir

"Ran, kalau gue gak lagi diluar kota gue yang nyari Anin"

"Kirim alamatnya ka"

"Thanks ya Ran, kabarin gue kalau ada apa-apa, besok gue balik"

Flasback off

Aran memperhatikan wajah pucat Anin, luka luka diwajah Anin semakin membuat hatinya hancur.

"Ran, ka Anin kenapa?"

"Gue juga gak tau Mir" Aran dengan setianya menggenggam tangan Anin yang masih terasa dingin

"Mir, lo pulang aja, thanks ya"

"Lo yakin?"

"Yakin, gue mau nemani Anin. Udah malam banget juga Mir"

Mirza akhirnya mengiyakan ucapan Aran, ia berpamitan untuk pulang.

"Maaf dek, pasien akan kami pindahkan keruangan" ucap perawat pada Aran

Aran tak mengerti, ia bahkan belum mengurus apapun tapi Anin sudah harus dipindahkan.

"Tapi saya belum urus administrasinya mas"

"Sudah ada yang mengurus tadi"

Sebuah pesan masuk melalui ponsel Aran dari Sisca.

"Ran, lo jangan heran ya kalau Anin dipindahin. Itu Tantenya yang ngurus, tadi pas lo kasih tau Anin dirawat gue langsung hubungin Tantenya"

After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang