Part 15

2.6K 474 55
                                    

Hari ini Anin harus mengikuti kelas tambahan dihari libur. Anin harus mengikuti kelas tambahan itu untuk mengisi jam yang kemarin ia tak bisa hadiri.

Anin selesai dan langsung menuju kantin tempat Aran menunggunya.

"Eh ada Oniel"

"Hai ka"

Aran masih sibuk dengan laptopnya.

"Nin bentar aku ke toilet dulu"

Anin hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Gimana ka tebakan gue kemarin?"

Anin tersenyum mendengarnya

"Tepat banget"

"Keliatan kok dari sorot mata ya walaupun yang deketin dia gak sedikit"

Anin mengerutkan keningnya.

"Aran banyak yang suka?"

"Kakak harus tau kalau di SMA dulu Aran populer banget"

"Pantes aja banyak yang komen di live ignya kemaren cewek cewek semua"

"Tapi tenang sobat gue itu gak akan selingkuh ka, ya paling kakak kesel aja sama sikapnya yang peka itu"

Anin menghela nafasnya, itulah yang ia rasakan sekarang.

Aran kembali dari toilet. Anin memperhatikan Aran berjalan dari kejauhan. Pacarnya itu memang tampan hanya dengan kaos putih polos yang oversize ditambah topi dan celana levis hitam saja aura Aran sudah sangat terasa.

"Ada yang salah?" Tanya Aran yang menyadari tatapan Anin

"Lo habis ngomong apa Niel?" Tanya Aran panik melihat Anin yang hanya diam.

"Gue kaga ngomong apa apa, ka duluan ya" Oniel langsung bergegas pergi

Aran dan Anin saling menatap satu sama lain. Anin menatap Aran dengan tatapan kesal sedangkan Aran dengan tatapan bingungnya. Aran jika menghadapi Anin seperti ini membuatnya sangat frustasi.

"Nin?"

"Lain kali jangan kaya gini"

Aran masih tak paham maksud Anin.

"Maksudnya?"

"Ya jangan ganteng"

Aran tertawa kecil mendengarnya.

"Ujung bibirnya udah gak sakit?"

"Sakit kalau kena garam sama cabe"

Aran mengelus ujung bibir Anin dengan ibu jarinya.

"Nanti kalau ada apa apa bilang ya"

"Aku mau kontrol ke psikiater, kamu mau temanin?"

"Kapan?"

"Besok"

"Aku yang antar"

"Kamu gak malu?"

Aran mengelus kepala Anin.

"Aninditha, kamu sakit dan harus disembuhin malah kalau kamu diamin bahaya buat kamu jadi untuk apa aku malu buat kesembuhan kamu"

Anin tak bisa lagi menahan senyumannya mendengar kalimat manis dari Aran.

"Peluk?" Anin merentangkan tangannya siap menerima pelukan hangat dari Aran

"Kenapa sullivan gemesin banget sih"

"Aran meluknya jangan kenceng kenceng ih gak nafas"

"Hahaha maaf sayang, sakit gak?" Aran menangkup wajah Anin

After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang