Anin masuk kedalam rumahnya setelah 3 tahun belakangan ini ia lebih memilih menjauh dari rumah masa kecilnya. Anin tersenyum tipis mengingat masih ada hal hal indah dari rumahnya itu.
Setelah kepergian Papahnya untuk selamanya, Anin memutuskan untuk tinggal dirumahnya kembali. Jiwanya yang sudah terasa sunyi kini semakin terasa. Setiap sudut rumah itu terasa bagaimana bayangan sang mamah bersama Anin.
Tanpa Anin sadar air matanya terjatuh, kerinduannya pada sang mamah begitu menyesakkan dada.
Tak akan ada yang siap ditinggal orang terkasih. Saat itu Anin masih duduk dikelas 1 SMA. Hal yang selalu membuatnya nyaman saat pulang kerumah hanyalah sang mamah. Anin tahu ia tak pernah merasakan keutuhan keluarga, sang papah jarang berada dirumah, jika pun ada rumah itu tak pernah terasa tenang. Anin berdiri didepan figura besar, dimana terdapat dirinya dan kedua orang tuanya.
"Sekarang Anin sendirian didunia ini mah" Anin mengusap jejak air matanya
Anin berjalan naik kelantai dua kamar orang tuanya. Senyuman Anin terukir saat bayangan sang mamah tengah merajut diatas tempat tidurnya. Anin duduk ditempat tidur itu, mengusap sisi tempat sang mamah biasa duduk menunggunya pulang.
Terbayang kembali saat Anin berlari menuju kamar utama menemui mamahnya yang selalu duduk bersandar disandaran tempat tidur. Anin selalu mencium kedua pipi mamahnya, ia akan menceritakan semua hal yang ia lalui hari itu. Masih bisa Anin lihat senyuman itu terukir diwajah bidadari hidupnya.
Air mata Anin kembali lolos, ia sudah banyak terluka dan tak pernah ia obati. Lukanya hanya terus bertambah dan ia biarkan.
Rindunya tak lagi bisa ia bendung saat ia membuka laci disamping tempat tidur. Alat merajut mamahnya masih tersimpan rapi disana. Anin mengusap kotak benang yang mulai berdebu itu. Hatinya terasa mati tak bisa merasakan apapun lagi.
Semua luka yang ia miliki merubahnya menjadi sosok yang bahkan ia tak ketahui. Sunyi seakan akan menjadi teman abadi untuk Anin selama ini. Sulit baginya menerima orang baru dikehidupannya. Ia begitu takut jika orang orang yang ia temui kelak akan meninggalkannya juga. Luka yang seharusnya sembuh malah akan bertambah.
"Kenapa baru kerasa mah? Saat papah juga gak ada"
Anin menangis melepas semua kesakitannya yang ia kubur selama bertahun tahun didalam dirinya. Tak akan ada yang mengerti rasa sakitnya selain dirinya sendiri.
Anin terduduk dilantai sambil memeluk kedua lututnya ia menangis sesugukan. Rasa sakit itu begitu terasa. Menahan air mata bertahun tahun, diam meredam semua amarah, menyimpan luka yang tak pernah disembuhkan. Hancurnya Anin hari ini adalah ia yang datang dari masalalu untuk meminta kebebasan perasaan sakitnya.
Diluar rumah, Sisca dan Aran hanya menunggu Anin. Anin tak ingin mereka melihat sisi lain dari dirinya. Sisca dan Aran membiarkan Anin menghabiskan waktunya sendiri.
......
Aran menjemput Anin untuk turun kekampus, hari ini ada bimbingan untuk skripsinya sedangkan Aran ada kuliah tambahan.
Dimata Anin masih jelas terlihat sisa semalam ia menangis. Aran tersenyum menyambut Anin. Aran menarik Anin dalam pelukannya.
"Sudah makan sayang?"
"Udah tadi bibi nyiapin sarapan"
Aran menyapu bibir Anin dengan ibu jarinya, ia lalu mengecup ibu jarinya itu.
"Nasi goreng"
"Jorok ih" Anin memukul bahu Aran
Akhirnya Aran bisa melihat senyuman Anin lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Rain
FanfictionSetelah hujan akan berganti pelangi dengan bias cahayanya namun terkadang pelangi tak muncul dan hujan turun dengan derasnya. Sama seperti cinta tak selamanya akan selalu indah dan menyenangkan. "Aku datang bukan untuk merubah mu tapi aku datang unt...