|| Empers Of Heart 23 ||

2K 239 15
                                    

[ Nama Samaran ]

Andra  =   Dimas
Yudha  =  Dhanu
Putri     =  Mia
Syila     =  Naila

Empers Of Heart

“Mas, hati-hati lho bawanya! Takut nanti jatoh, kita yang kena semprot sama bos! ” peringatan Bendi sambil membawa satu kotak kayu di samping Dimas. Mereka tengah mengantar empat kotak berisi sabu menuju pulau Lingayan. Bukan hanya mereka berdua, tapi juga ada Satrio dan Bayu yang ikut serta ditugaskan untuk mengantar sabu-sabu itu.

Dimas mengangguk pelan. Netra matanya menatap sekitar pantai. Begitu indah. Pasir pantai yang berwarna putih, dengan beberapa batu karang yang menghiasi ujung pantai, membuat daerah ini begitu indah untuk dijadikan pariwisata.

Hingga iris matanya berhenti menatap seorang pedagang es kelapa yang dia lewati. Dia memberikan senyum. Jangan salah, pedagang es itu adalah Mayor Andi yang tengah menyamar.

Andi yang melihatnya memasang senyum pun langsung membalasnya seraya mengangguk pelan.

Bendi mengarahkan telunjuknya ke arah kapal pesiar yang berada di pinggir pantai. “Itu dia kapalnya! ”

Dia melihat ke arah yang ditunjukkan. Lalu, mengangguk singkat. Dengan cepat, mereka berempat melangkah menuju kapal tersebut.

“Berhenti!! ”

Di depan mereka, dua orang pria berpakaian serba hitam menatap mereka dengan tajam. “Letakkan barang-barang kalian!! ”

Dengan pelan, dia dan ketiga temannya meletakkan kotak yang dibawa di depan dua orang tersebut. Dibukanya isi kotak tersebut. Hanya penuh dengan ikan-ikan segar. Ya, Deni bukanlah orang yang bodoh. Dia meletakkan sabu-sabu itu ke dalam perut ikan.

Tapi, sepertinya kedua penjaga itu tidak menyerah. Digeledahnya satu persatu kotak tersebut.

Salah satu diantara mereka membuka perut ikan. Terbukalah satu plastik kecil berisi sabu seberat 27 gram. Dalam hati, Dimas mengucapkan syukur. Kemarin, dia telah melaporkan rencana mereka kepada bapak KSAD agar anggota Deni tidak bisa meng-ekspor barang haram tersebut keluar negara.

“Apa ini, hah?!! ”

Seketika, suasana menjadi tegang. Para pengunjung dan warga di sekitar melihat ke arah merek. Dia, Bendi, Satrio dan Bayu menggelengkan kepalanya serentak. “Kami tak tahu, pak! Kami hanya ditugaskan untuk mengantar kotak-kotak ini kemari!! ” titah Satrio dengan sedikit menaikkan nada tingginya.

“Kalian tahu kan, ini sabu!! Mau kalian apakan benda ini?!! ” tanya seorang pria sambil mengangkat plastik kecil berisi bubuk putih itu ke atas. Netra matanya menajam.

“Kami benar-benar tak tahu, pak!! Kami hanya disuruh untuk mengantranya saja!! ” timpal Bendi dengan nada tinggi. Dimas dan Bayu hanya mengangguk pelan.

“Ikut kami ke kantor dan jelaskan semuanya disana!! ” ucap pria tersebut sambil mendorong mereka berempat keluar dari kapal.

“Kami tak bersalah, pak!! ” bentak Bayu dengan mata tajamnya. Kedua tangannya mencengkram kerah baju salah satu polisi tersebut.

“Kami hanya disuruh bos!! Mau tak mau, kami ikuti karena ini pekerjaan kami!! Kami bisa bertahan sampai saat ini, karena uang dari hasil kerja kami!!! Bahkan bapak Presiden sendiri tak peduli dengan rakyat bawah, yang sangat membutuhkan sebuah bantuan!!! Kalian tak akan mengerti dengan keadaan kami, kondisi kami!! ”

“Saya punya keluarga!! Kami semua punya keluarga!! Mau pake apa kami memberi nafkah kepada keluarga kami?!! Daun?!! Itu sudah tak berlaku, pak!!! ” lanjut Bendi dengan soro mata tajamnya. Kedua tangan pria itu mengepal dengan kuat.

“Kamu, ikut kami ke kantor! Jelaskan semuanya disana!! Dan kalian bertiga, segera tinggalkan tempat ini!! Jika dia berkata benar, kalian akan aman! Tapi, jika sebaliknya, jangan sampai kalian melarikan diri!! Kalian harus belajar bertanggungjawab atas segala perbuatan yang dikerjakan!! ” perintah salah satu dari polisi itu sambil menunjuk Bendi.

Empers Of Heart

“Bang, esnya satu! ” ucap Dimas sambil duduk di kursi yang disediakan. Dia mengeluarkan nafas dengan lega. Rencana kedua berhasil digagalkan. Sabu-sabu itu telah disita oleh pihak kepolisian setempat.

“Ini, mas.. ”

Dengan senang hati, dia mengambil segelas es kelapa itu dan mulai meneguknya. “Tadi ada apa, mas? ”

Dia meletakkan gelas tersebut di atas meja. Lalu, menatap pria yang duduk di depannya.

“Ada pemeriksaan, mas. Dari polisi, mereka menemukan bubuk sabu di dalam perut ikan.. padahal, kami semua ndak (tidak) tahu. Kami hanya disuruh untuk mengantarnya” jelasnya sambil kembali meneguk es kelapanya.

“Rencana telah berhasil digagalkan.. ” lirihnya sambil memberikan senyum kepada penjual es kepala yang tak lain adalah Mayor Andi.

“Terimakasih, semua berkat kamu.. ”

Dimas mengangguk pelan. Lalu, meletakkan gelas yang telah kosong itu di atas meja. “Tolong, buatin lagi, mas. Saya haus banget, cuacane (cuacanya) panas banget.. ” pesannya sambil mengipaskan wajahnya dengan kerah bajunya. Punggung tangannya menghapus tetesan keringat yang mengucur di sekitar dahinya.

Andi mengangguk. Kemudian, berbalik sambil terkekeh pelan. Andra sangat pantas jika jadi seorang aktor, bukan tentara. Lihat saja bakat actingnya, begitu menghayati perannya.

Empers Of Heart

________________________

Menurut kalian sampai sejauh ini, kalian dapet feel-nya gak sih??

Kok saya ngerasa, kalau cerita ini kurang gitu..

Empers Of Heart [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang