Kini, keadaan kembali seperti sediakala. Hanya saja, kehidupan rumah tangganya ditambah dengan suara bising kedua anaknya.
Andra tertawa lepas seraya memeluk tubuh mungil yang dia rindukan selama satu tahun ini. Saat ini, mereka tengah duduk santai di kursi sofa. Melihat aksi si kembar yang tiada habisnya.
Lihat saja, dua bocah itu sedang melukis sebuah gambar. Alana sepertinya yang paling heboh daripada sang kakak. Balita itu tampak mengambil pensil warna yang digenggam oleh Alandra. Alandra hanya diam. Lalu, mengambil pensil warna lainnya yang telah disediakan.
Andra dan Syila tertawa seraya menggeleng pelan. “Itu si Al kenapa hanya diam saja? ”
“Dia emang kaya gitu, Nan. Kalo adeknya jailin dia, dia cuma cuek.. ”
Dia tertawa pelan. Lalu, menatap wajah sang istri. “Mirip siapa? Hmm.. ” tanyanya sambil mengusap salah satu pipi tirus Syila. Wanita itu terkekeh.
“Mirip Nan kan? ”
“Memang adek tahu masa kecil saya? ”
Wanita itu menggeleng seraya memeluk tubuhnya dari samping. Kepalanya bersandarlah di bahu. “Ya, kalo diliat dari sikap Nan gini, jadi tau kalau sifatnya Al nurun dari ayahnya” celetuk Syila sambil melihat aktivitas sang anak.
Dengan gemas, Andra menarik hidung mancung istrinya. “Sok tahu.. ”
“Lah? Emang bener kan? Ngaku aja deh, Nan”
Dia terkekeh pelan. “Iya, iya. Masa kecilnya saya” jawabnya seraya mengecup pipi sang istri.
“Nan, emm.. sebenernya nama belakang Nan yang Saputra itu nama marga bukan sih? ”
Andra menoleh sekilas. Lalu, menggelengkan kepala. “Bukan, nama marga keluarga itu yang nama tengah saya, Dani dari nama Danial. Kakek saya namanya Dani, terus diturunkan sama ayah saya namanya Daniel.. Lalu, ke saya Danial”
Syila mengangguk paham. Lalu, kembali memeluk tubuh Andra dengan erat. “Nan selama ini kemana aja? Nan tau, jantungku rasanya mau copot pas denger kabar kalo Nan hilang kontak! ”
Dia tersenyum seraya mengecup lembut pucuk kepala sang istri. “Maaf.. ”
“Kamu rindu sama saya? ”
Dengan gemas, Syila memukul pelan lengan kanannya. Kedua tangannya berkacak pinggang. “Ya jelaslah!! Nan tau, hidup aku tu rasanya kayak hitam putih pas tau Nan hilang!! ” jawab wanita itu dengan sedikit kesal. Andra terkekeh pelan. Tangannya mengacak jilbab biru muda yang dikenakan istrinya itu.
“Nan tau, aku cinta sama Nan.. ”
Seketika, tubuhnya membeku. Iris matanya menatap Syila dengan inteks. “Nan udah buat aku jatuh sedalam-dalamnya sama pesona Nan yang luar biasa. Nan udah buat hati aku luluh sama sikap Nan.. tapi kenapa, setiap aku cinta sama seseorang, justru dia harus pergi? Nan tau, aku ngerasa kayak gak bisa hidup. Bahkan, waktu denger kabar Nan dari Letkol Dika, aku sempet dilariin ke rumah sakit karena terlalu banyak pikiran. Dokter bilang, kalo kondisi si kembar dalam rahim sempet melemah karena ibunya terlalu banyak pikiran.. ”
“Bunda dan bang Arfan lah yang selalu disamping aku. Nyemangatin aku kalo aku gak boleh nyerah gitu aja, karena bagaimanapun juga, si kembar butuh aku. Sejak saat itu, aku mulai coba mandiri. Putus kuliah, lanjutin bisnis cafe, ngurus semuanya sendiri. Dan Alhamdulillah, Allah buat semua itu mudah bagi aku. Aku selalu berharap, kalo emang Nan pulang hanya raga, gak papa kok.. yang aku mau, Nan cepet ditemukan. Bukannya hilang tanpa kabar dan buat pikiranku kemana-mana. Aku ikhlas kalo emang Nan udah lebih dulu pulang, bagiku yang penting aku bisa liat Nan. Walaupun dalam kondisi yang udah gak bernyawa..” lanjut Syila sambil menghapus air matanya.
Dengan lembut, Andra menghapus jejak air mata itu. Bibir mengecup dahi Syila cukup lama. Dadanya begitu sesak ketika mengetahui kondisi sang istri waktu itu. “Maaf. Saya memang bukan suami yang baik untuk kamu. Maaf, karena sudah membuat adek sedih. Maaf untuk segalanya”
Syila mengangguk pelan. Lalu, menangkup kedua pipi Andra. “Nan gak salah sama sekali kok. Mungkin, itu semua ujian dari Allah supaya iman aku semakin kuat. Nan tau, semenjak saat itu, aku belajar jadi wanita kuat.. yang gak bergantung lagi sama Nan. Kadang, kalo aku kangen, aku suka liat foto prewed kita. Liat betapa gagahnya suami aku, ayah dari kedua anak kita”
Andra mengulas senyum. Diambilnya punggung tangan sang istri dan menciumnya dengan lembut. “Terimakasih telah menjadi istri saya, ibu dari anak-anak saya. Saya ingin, kita menua bersama. Menikmati masa senja sambil melihat si kembar dewasa. Adek bersedia? ”
Wanita itu menganggukkan kepala. “Pasti”
Lalu, Syila menatap kedua anaknya yang masih betah mewarnai. Dia berdiri dan berjalan mendekati sang anak. “Kak Al lagi gambar apa? ”
Alandra menoleh sekilas. Tangannya menujukkan kepada sang ibu ke arah gambar buatannya. “Mbar bil (Gambar mobil) ”
Andra berdiri dan melangkah mendekati putri kecilnya. Tangannya memangku tubuh mungil buah hatinya ke dalam pangkuannya. “Kalau dek An lagi gambar apa? ”
Balita perempuan itu mendekati wajah sang ayah. Dicoret-coret nya wajah Andra dengan spidol warna.
“Peyani!! Peyani!! (Pelangi!! Pelangi!!) ”
Syila sampai menahan tawa melihat wajah suaminya yang telah dipenuhi hasil karya putrinya. Dia memangku tubuh Alandra ke dalam pangkuannya.
Si kecil Alana ternyata belum selesai membuat wajah sang ayah menjadi sebuah lukisan. Buktinya kini, tangan kecilnya tengah mewarnai bibir Andra dengan spidol merah. Sepertinya waktu besar nanti, dia ingin menjadi makeover artis.
“Tantik!! Yah tantik!! (Cantik!! Ayah cantik!!) ” ucap Alana seraya bertepuk tangan. Sesekali, dia tertawa melihat hasil karyanya.
Andra tertawa lepas. Dia merasa geli waktu wajahnya dilukis oleh si bungsu Alana.
Syila berdiri sambil sesekali tertawa. “Sekarang, dek An sama kak Al mandi ya? ” perintah wanita itu seraya mengangkat tubuh Alana. Sedangkan, Alandra tidak mau digendong. Balita laki-laki itu sepertinya lebih memilih untuk berjalan supaya cara berjalannya lebih lancar lagi.
“Nan, Nan bisa cerita alasan Nan baru balik sekarang? ”
Andra mengangguk pelan sambil mengangkat tubuh putranya. “Akan saya jelaskan”
Empers Of Heart
KAMU SEDANG MEMBACA
Empers Of Heart [END]
Teen Fiction⚠CERITA INI HANYA BERSIFAT FIKSI⚠ SPIRITUAL - ROMANCE "Allah akan menjadi saksi perjuanganku meraih hatimu" ______________________ "Kenapa Nan milih gue? " "Karena cinta tidak butuh alasan, bukan? " "Tapi, gue gak cinta sama Nan" Pernikahan, merupak...