"Hari ini ada latihan, cepatlah bersiap-siap!"
Di pagi yang cerah itu, suasana dorm sudah kacau balau bak kapal pecah. Pakaian latihan tergantung sana-sini, sepatu tercecer dimana-mana, dan member berlarian tak tentu arah.
Kacau.
Sampai Hyunsuk dan Jihoon keawalahan mengatasi rusuhnya para member.
"HYUNSUK HYUNG! LIHAT TAS LATIHANKU TIDAK?!"
"HYUNSUK HYUNG! SEPATU KU ADA DIMANA?"
"HYUNSUK HYUNG TOLONG BUATKAN AKU SARAPAN, AKU LAPAR."
"HYUNSUK HYUNG--"
"YAK!!!!!!" Seketika suasana dorm langsung hening. Teriakan melengking milik Hyunsuk benar-benar menggemparkan satu dorm. Tampaknya sang leader itu sudah kewalahan dan kehilangan kesabaran. Bahkan ekspresinya pun sangat menakutkan.
"Kalian sudah dewasa, harusnya untuk hal sepele seperti itu, kalian bisa mengurusnya sendiri," ucapnya agak marah. Di iringi sebuah langkah yang di hentak-hentakkan dengan sengaja.
"Kita akan terlambat ke tempat latihan jika seperti ini."
Itu Junkyu. Orang yang kehilangan sepatu latihannya. Lebih tepatnya melupakan tempat terakhir kali ia menyimpannya.
Entahlah, lelah latihan pada hari sebelumnya lantas membuatnya melepas sepatu ke sembarang tempat. Dan tidak merapikannya terlebih dahulu.
Sekarang ia menyesal. Hah, sebenarnya dia seperti ini bukan pertama kali, setiap akan latihan dia pasti akan seperti ini terlebih dahulu, dimana sama seperti hari sebelumnya dia kehilangan sepatu karena kelalaiannya.
Menyebalkan.
Sementara di arah dapur. Yedam tampak kesusahan memasak telur. Setidaknya ia butuh sarapan hari ini.
Hari-hari sebelumnya, biasanya sudah ada sarapan yang di buatkan khusus oleh manager hyungnya, tapi hari ini, tampaknya sang manager sakit.
"Yedamie, biarkan aku membantumu." Suara lembut itu datang dari arah belakang. Tepat di arah pintu masuk dapur.
Tanpa menoleh Yedam telah hapal akan suaranya, jadi ia hanya berdehem. "Tidak perlu hyung, urus saja pekerjaanmu sendiri."
Meski mendapatkan penolakan yang cukup mutlak, Yoshi, malah memberikan senyum tipisnya. Dan melangkah semakin mendekat kearah Yedam.
"Aku telah selesai bersiap-siap, jadi biarkan aku membantumu," ucapnya sekali lagi. Namun, kali ini, dengan intonasi yang lebih lembut.
Yedam butuh bantuan sebenarnya.
Ia tidak tau cara memasak. Tapi ego seolah menahannya untuk menerima bantuan dari hyung di belakangnya ini. Sekalipun, dari hati kecilnya. sesuatu tak kasat mata seolah mengetuk untuk mengizinkan Yoshi memberinya sebuah uluran tangan guna membantunya.
"Tidak," mutlaknya.
Sementara Yoshi masih keras kepala dan mendekatinya. "Bukan seperti itu melakukannya, lihat minyaknya terlalu banyak, yang ada telurnya tidak akan terbentuk."
Yoshi meraih wajan yang di gunakan Yedam untuk menggoreng telur. Lantas, beberapa minyak ia tuangkan kembali ke wadah asalnya karena terlalu banyak di atas wajan.
Sementara Yedam membuang mukanya. Enggan menatap sosok Yoshi di sebelahnya. Padahal ada rasa penasaran yang membuatnya ingin menatap proses Yoshi memasak, walau sebentar saja.
"Kemarikan telurnya."
Yedam mengulurkan tangannya dengan ragu. Lantas dari ekor matanya, ia mengikuti bagaimana gerak-gerik Yoshi menggoreng telur.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TERBIT] Yoshi Dan Kata Maaf
FanfictionYoshi juga manusia, Yoshi juga bisa merasakan sakit dan kesepian.